Catatan Tiga Minggu Belajar Digital Bersama Petani Hutan Seperti Tamasya Pengetahuan

Kekerabatan Sosial

Proses kohesi sosial dan alam. Kekerabatan sosial semakin rekat dan petani semakin memahami lingkungan hidup disekitar mereka. Inilah pembeda (diferensiasi) perhutanan sosial, semakin dikelola secara partisipatif, semakin kuat organisasi petani atau rakyatnya, dan semakin adil distribusi manfaatnya, maka Perhutanan Sosial semakin kokoh. Perhutanan Sosial tumbuh berkembang dari bawah.

Kami bergegas naik kembali ke kereta, menuju pemberhentian terakhir. Di dalam kereta ramah lingkungan ini saya mengingat tapak-tapak sejarah perjuangan Perhutanan Sosial.

Panjang, berliku dan tidak selalu mulus. Lima tiang rumah Perhutanan Sosial dibentuk satu per satu, dirangkai dari ratusan pengalaman, salah-benar tidak meruntuhkan semangat, justru menjadi penghela agar melangkah lebih baik.

Di dalam hati, saya menunduk hormat untuk masyarakat adat, petani hutan, pendamping dan penggiat, karena kerja tak kenal putus asa mereka Perhutanan Sosial menjadi program kehutanan Pemerintah.

Pemberhentian ketiga bernama tamasya kelola usaha. Di sini tidak hanya ada rumah serta masyarakat yang berkelompok, tetapi dari tiap rumah ada tersedia berbagai macam produk. Produk kayu, pangan dan obat herbal, madu, kopi bahkan tempat wisata menarik.

Disetiap rumah terbagi tugas diantara para petani, ada yang sibuk pengolahan kayu, ada yang asyik menanam bibit herbal juga mengolahnya, juga ada tekun memilah bibit kopi, menanam dan merawatnya sampai ke pemasaran. Beberapa kelompok takzim berselancar di dunia maya melakukan promosi produk-produk petani hutan dan jika transaksi sukses, tersenyum sumringah.

Tidak semua produk dijual, ada juga untuk dikonsumsi petani hutan dan masyarakat sekitar. Produk mereka tidak tunggal, rata-rata setiap kelompok mempunyai berbagai usaha. Sehingga setiap jenis usaha saling melengkapi dan menjadi kesatuan usaha bersama.

Seperti kelompok usaha padi, seiring dengan kelompok usaha sayuran, madu dan obat herbal, bahkan tersambung dengan usaha peternakan dan energi berbasis biogas. Pola kelola lahan berbasis wana tani atau agroforestry. Sebuah praktek kedaulatan pangan oleh petani hutan yang penting didukung.

Para petanipun mendapatkan pengetahuan mengelola usaha dan lahan dari kearifan lokal hasil interaksi mereka dengan alam. Sebagai contoh, usaha pengelolaan ikan tak terlepas dari kelestarian hutan di blok lindung. Karena di blok ini terdapat hamparan sumber daya bambu hutan yang diolah petani sebagai alat penangkap ikan tradisional, yang dalam bahasa lokal disebut Bagang.

Kelola usaha Perhutanan Sosial kembali membentangkan pembelajaran karakter pembeda Perhutanan Sosial, yaitu Perhutanan Sosial tak akan bisa lepas dari pengetahuan tradisional atau kearifan lokal. Usaha Perhutanan Sosial tidak bisa dominan berorientasi eksploitasi dan keuntungan nominal, tetapi menyeimbangkan dengan kelestarian sumber daya alam serta nilai sosial.