Begini Kinerja Industri Minyak Sawit Tahun 2023 dan Prospek di Tahun 2024

GAPKI memperkirakan prospek industri sawit tahun 2024 mempunyai beberapa kecenderungan, salah satunya adalah konsumsi dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Foto: Instagram
GAPKI memperkirakan prospek industri sawit tahun 2024 mempunyai beberapa kecenderungan, salah satunya adalah konsumsi dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Foto: Instagram

TROPIS.CO, JAKARTA – Produksi crude palm oil (CPO) tahun 2023 diperkirakan mencapai 50,07 juta ton atau naik sebesar 7,15 persen dari tahun 2022 yakni sebesar 46,73 juta ton.

Sementara itu, produksi palm kernel oil (PKO) mencapai 4,77 juta ton atau naik 5,66 persen dari tahun sebelumnya (2022) yakni sebesar 4,52 juta ton.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono di Jakarta, Selasa (27/2/2024).

Menurutnya, kenaikan produksi dari tahun 2022 ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai hal.

Baca juga: Tekan Emisi hingga 132 Juta Ton CO2, Mandatori Biodiesel Hemat Devisa Rp122 Triliun

Pertama, harga minyak sawit menjelang akhir tahun 2021 dan sepanjang tahun 2022 relatif tinggi, sehingga mendorong pelaku usaha untuk mengelola kebunnya dengan baik, termasuk pemberian pupuk.

Kedua, adanya perluasan areal yang telah menghasilkan di tahun 2023.

Hal ini sesuai dengan data Kementerian Pertanian dalam periode 2017 hingga 2020 terdapat perluasan 540 ribu hektar dan diperkirakan tahun 2023 akan ada penambahan areal TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 260 ribu hektar.

Ketiga, El Nino yang semula diperkirakan akan melanda Indonesia, ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman kelapa sawit, karena melanda di sebagian besar Indonesia bagian selatan.

Baca juga: GAPKI dan Polri Kolaborasi Jaga Keamanan dan Kepastian Hukum Industri Kelapa Sawit Indonesia

Konsumsi dalam negeri menunjukkan kenaikan dari 21,24 juta ton pada tahun 2022 menjadi 23,13 juta ton atau kenaikan sekitar 8,90 persen.

Implementasi kebijakan biodiesel (B35) yang secara efektif dilakukan pada bulan Juli 2022 telah meningkatkan konsumsi minyak sawit sebesar 17,68 persen yakni dari 9,048 juta ton pada tahun 2022 menjadi 10,65 juta ton di tahun 2023.

Dengan diimplementasikannya B35, konsumsi biodiesel selama 2023 telah melampaui konsumsi untuk pangan dalam negeri.

“Ekspor produk CPO dan PKO mengalami penurunan 2,38 persen dari 33,15 juta ton di tahun 2022 menjadi 32,21 juta ton di tahun 2023,” tutur Mukti Sardjono.

Baca juga: Apical dan Cepsa Bangun Pabrik Biofuel Generasi Kedua Terbesar di Selatan Eropa

Sementara itu ekspor untuk biodiesel dan oleokimia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 29 ribu ton dan 395 ribu ton.

Penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Uni Eropa yakni sebesar 11,6 persen dari 4,13 juta ton di tahun 2022 menjadi 3,70 juta ton di tahun 2023.

Sebaliknya ekspor untuk tujuan Afrika naik sebesar 33 persen dari 3.183 ribu ton menjadi 4.232 ribu ton, China naik 23 persen dari 6.280 ribu ton menjadi 7.736 ribu ton, India naik 8 persen dari 5.536 ribu ton menjadi 5.966 ribu ton dan Amerika Serikat (AS) naik 10 persen dari 2.276 ribu ton menjadi 2.512 ribu ton.

“Turunnya harga rata-rata kelapa sawit selama tahun 2023 dibanding 2022 di pasar Ciff Rotterdam sebesar 28,7 persen, di mana rata-rata harga tahun 2023 adalah US$ 964 per ton atau jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dengan rata-rata US$ 1.352 per ton,” tutur Mukti.

Baca juga: Kepastian Hukum Penting untuk Kenyamanan dan Keamanan Investasi Sawit di Indonesia

Hal ini menyebabkan penurunan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia yang cukup signifikan dari US$39,07 miliar pada tahun 2022 menjadi US$30,32 miliar pada tahun 2023.

Dengan stok awal tahun 2023 sebesar 3,69 juta ton, stok akhir produk CPO dan PKO Indonesia tahun 2023 diperkirakan mencapai 3,14 juta ton.