Ada DEA Sosok Wanita Kreatif di Balik Munas VIII HSNI

Dewi Angreani yang biasa disapa DEA, sosok wanita yang agresif hingga sukses mengantarkan Munas VIII HNSI Bogor.

TROPIS.CO, JAKARTA – Salut dan sangat luar biasa. Mungkin kata-kata ini yang sangat tepat, dalam menilai sosok wanita ini. Tak ada kata lain, karena kegigihannya, Musyawarah Nasional Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia- VIII di salah satu hotel di kawasan sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, tak sebatas lancar, tapi benar benar sukses.

Kalau agenda itu dipersiapkan dalam tempo lama, seperti halnya munas organisasi lain yang persiapannya, paling tidak 6 bulan, tentu tidak pantas kata “salut dan luar biasa” ini, ditujukan kepada wanita bernama DEA ini. Dan kata kata itu, diberikan karena kemampuannya menyiapkan agenda munas VIII HNSI, hanya dalam tempo sepekan. Apa itu “tak gila” atau luar biasa.

“Ya… benar benar hanya sepekan, kita harus mengurus ijin dari kepolisian walaupun terhambat , hotel tempat munas, koordinasi peserta dari seluruh Indonesia, berikut transportasi dan akomadasinya yang jumlah hampir 415 orang,”ujarnya.

Tak usah heran,saat acara pembukaan munas berlangsung, wajah DEA seakan kurang berseri. Tampak letih, walau masih terlihat gesit melayani para peserta munas. “ Agak kurang tidur mas tapi saya harus loyal dan bekerja allout dalam mempersiapkan acara dan memperhatikan para peserta dari mulai tiket hotrl dan keperluan peserta munas .Bagi saya mrk saudara2 dari daerah yg harus kami layani sebaik2nya,”ucap Bendahara Umum HNSI periode 2018-2023 ini.

DEA bersama Ketua Umum terplih Laksamana TNI Purnawirawan Sumarjono, dan Sekjen Anton Leonard dan dua pengurus teras HNSI.

Kendati demikian, wanita Alumni Lemhanas RI ini, tak merasa lelah. Mungkin, keletihannya terbalas dengan terlaksana dan suksesnya penyelenggaraan munas. DEA mengakui, bahwa pelaksanaan munas atas mandat dari sejumlah ketua Dewan Pimpinan Daerah atau DPD, ada juga rasa khawatir.
Bagaimana tidak, persiapan dari nol besar. Kalau hanya sebatas menyiapkan tempat, mungkin tak terlampau sulit. Tapi kalau sudah terkait perijinan, ini tentu perlu waktu. Dan biasanya persyaratan yang diminta sangat detil, terlebih kini, tahun politik.

“Mungkin karena didorong semangat, dan sudah terjalin komunikasi yang baik dengan Polri, hingga proses perijin bisa diterbitkan dalam tempo dua hari.”tutur DEA

Munas VIII HNSI di Sentul Bogor, memang dapat dkatakan sebagai puncak dari sikap pengurus Dewan Pimpinan Cabang atau DPC, atas kebijakan yang dtempuh Ketua Umum HNSI priode 2018 -2023, Yussuf Soelichien yang secara sepihak menetapkan Herman Hery sebagai calon tunggal Ketua Umum HNSI Priode 2023 – 2028, saat dilangsungkan Rapimnasn HNSI yang dihadiri sejumlah pengurus DPD di Jakarta. Dalam Rapimnas itu telah dirancang tata tertip munas VIII HNSI yang dijadualkan diselenggarakan pekan pertama Nopember ini di Bali. Tata tertip munas sengaja dirancang untuk tidak ada dua atau 3 calon. Sengaja dipersiapkan untuk calon tunggal, Herman Hery.

Lebih dari separoh pengurus DPC tak sepaham dengan langkah Yussuf Soelichien. Kemudian merancang mosi tidak percaya hingga kemudian memakzulkan Yussuf Soelichien. Lalu mengangkat Anton Lenard, sekjen HNSI sebagai carteker Ketua Umum, yang tugasnya menyelenggarakan Munas HNSI, selain Munas Bali. Nah di sini Dewi Angraeni SE.MM menerima amanah dari plt ketum HNSI sbg ketua panitia penyelanggara untuk merealisasikan Munas VIII HNSI yang diyakini sangat seiring dengan ART/ AD. organisasi.

DEA memiliki tim kerja yang bagus dan terlatih yang masing masing sangat menguasai bidang kerjanya. TIM Agus Plt Sekjen ..Esti.. Yayan Hambali .. Andi Chairil..Ponco Darmono Elly …dan Sigit n Team sistem kerjanya, sama dengan DEA seakan tidak mengenal waktu. Siang malam, nyaris 24 jam.

Kini, dengan HNSI DEA ingin jauh melangkah. Sebagai alumni Lemhanas RI , DEA akan optimalkan potensi yang dia miliki. DEA ingin menjadikan HNSI sebagai jembatan yang kokoh dalam meningkatkan peran TNI Angkatan Laut terhadap nelayan. Eksisten nelayan adalah bagian yang terpisahkan dari program besar TNI Angkatan Laut dalam menjaga dan mengamankan kedaulatan negara.

DEA mengakui, komunikasi HNSI selama ini sudah terjalin baik. Dan kini HNSI, di bawah kepemimpinan, Laksamana TNI(Purn) Sumarjono,tentu akan jauh lebih baik lagi. Sebagai KSAL era Presiden Bambang Yoedoyhono, dan juga org kepercayaan bapak Mantan presiden RI bapak Soeharto, Laksama Sumarjono, tentu akan sangat memahami, bagaimana strategi mengoptimalisasi dan mensingkronisasi, peran nelayan dalam menjaga dan memanfaatkan potensi kelautan. Kunjungan dan audiensi dengan Menteri KKP dan KASAL sudah kita lakukan dan kita akan ada kerja sama demi kesejahteraan Nelayan

Nelayan di mata DEA adalah asset bangsa yang memiliki kemampuan dalam menjelajah lautan. Karenanya, nanti, dalam binaan TNI AL, nelayan diorientasikan tak lagi sebatas memiliki keterampilan dalam menangkap ikan, tapi juga mempunyai dasar ketrampilan dalam menjaga dan mengawasi potensi kelautan.

“Kita ingin nantinya nelayan menjadi mata xan telinga dan garda terdepan untuk menjaga ketahanan laut,”harap DEA Karenanya suatu program HNSI dalam masa 5 tahun ke depan, dan mungkin juga seterusnya secara berkesinambungan, kita lakukan pendidikan bela negara,hingga nelayan menjadi bagian dari Barisan Bela Negara Nelayan atau B2NN.