Catatan Tiga Minggu Belajar Digital Bersama Petani Hutan Seperti Tamasya Pengetahuan

Rivani Noor mengarungi Tamasya Pengetahuan ini dengan kereta api berbahan bakar ramah lingkungan dengan kode PSKL-BP2SDM, sebuah gerbong kereta ramah lingkungan ini sangat inovatif, dirancang untuk mengarungi kondisi medan kritis yang sedang disaput oleh wabah menular mematikan. Foto: Istimewa
Rivani Noor mengarungi Tamasya Pengetahuan ini dengan kereta api berbahan bakar ramah lingkungan dengan kode PSKL-BP2SDM, sebuah gerbong kereta ramah lingkungan ini sangat inovatif, dirancang untuk mengarungi kondisi medan kritis yang sedang disaput oleh wabah menular mematikan. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – “Kerja seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang senantiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.” (Imam Al Ghazali)

Sekitar tiga minggu, sejak akhir bulan April sampai tengah bulan Mei 2020, saya merasa diajak bertamasya. Ya, tepatnya Tamasya Pengetahuan. Saya merasa dialun oleh berbagai kisah-kisah inspiratif, lugas dan segar dari para pelaku.

Para pelaku itu adalah petani hutan beserta pendamping lapangannya. Mereka mengalirkan semangat hingga saya merasa rugi jika tidak menyimak ritme komunikasi mereka.

Saya mengarungi Tamasya Pengetahuan ini dengan kereta api berbahan bakar ramah lingkungan dengan kode “PSKL-BP2SDM”. Gerbong kereta ramah lingkungan ini sangat inovatif, dirancang untuk mengarungi kondisi medan kritis yang sedang disaput oleh wabah menular mematikan.

Meski begitu, para perancang kereta tetap menerapkan tata-aturan untuk memperkecil resiko penularan wabah, seperti cuci tangan rutin, jarak fisik juga mempergunakan masker bagi semua penumpangnya.

Titik berangkat kereta dari Stasiun Besar “MWB”, saya ikut kereta dengan tujuan Pulau Kalimantan. Tujuan kereta ini mempunyai makna geneologis dan kultural bagi saya. Semangat ber-Tamasya semakin bergelora!

Penumpang kereta beragam latar belakang. Wajah dan gerak tubuhnya bersemangat. Seperti saya, sepertinya sudah tidak sabar singgah di ruang-ruang tamasya.

Mereka membawa perangkat untuk mencatat, seperti komputer jinjing, buku dan penanya, serta pembantu alat telekomunikasi. Diantaranya, setelah menempati kursinya sibuk dengan mengetik di komputer untuk mempersiapkan bahan-bahan tamasya ini. Ya, karena ini tamasya pengetahuan, perlu membawa perlengkapan tulis-menulis.