Ikke Nurjanah Dipercaya sebagai Duta Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Nasional

Penyanyi dangdut senior Ikke Nurjanah menyampaikan sosialisasi dan edukasi mengenai sanitasi yang aman dan bersih. Foto: IDCOMM
Penyanyi dangdut senior Ikke Nurjanah menyampaikan sosialisasi dan edukasi mengenai sanitasi yang aman dan bersih. Foto: IDCOMM

TROPIS.CO, JAKARTA – Penyanyi dangdut senior Ikke Nurjanah dipercaya menjadi Duta Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Nasional.

Dia menyampaikan bahwa sosialisasi dan edukasi mengenai sanitasi yang aman dan bersih perlu dilakukan secara terus menerus oleh berbagai pemangku kepentingan yang terkait.

Hal ini disampaikannya pada acara Lokakarya Diseminasi Pembelajaran dan Penutupan Program, Rabu (20/3/2024) di Hotel Ambhara, Jakarta dan

Kegiatan ini diselenggarakan oleh SNV, mitra pembangunan dari Belanda.

Baca juga: Kementerian Dalam Negeri Siap Gelar Indonesia Maju Expo & Forum 2024

Ia menyampaikan meskipun sudah banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya sanitasi, namun masih sulit untuk sebagian masyarakat mengubah kebiasaan, terutama di daerah.

Mereka memiliki kebiasaan yang menurut mereka tidak mengganggu kesehatan, padahal fakta menunjukkan sebaliknya.

”Sosialisasi dan edukasi untuk sanitasi yang aman dan bersih adalah hal yang penting.”

“Kemudahan mendapatkan edukasi merupakan kebutuhan masyarakat.”

Baca juga: Presiden Jokowi Bersama Masyarakat Tanam Pohon untuk Hijaukan IKN

“Namun, approach masyarakat itu akan selalu menjadi pekerjaan rumah, karena akan selalu berlaku budaya atau culture yang berbeda.”

“Prinsipnya, saya melihat semuanya harus berkesinambungan dan perlu saling bahu membahu. Kalau masyarakatnya mau punya fasilitas yang nyaman dan aman, maka perlu dibantu, difasilitasi oleh pemerintah, dan NGO yang memberikan edukasi,” ujarnya.

Hal ini ia sampaikan pada salah satu sesi diskusi pada acara penutupan Program WASH SDG oleh SNV dalam mewujudkan sanitasi perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan, yang merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Kota Bandar Lampung, Kota Metro Lampung dan Kota Tasikmalaya.

Program WASH SDG ini telah berjalan selama lima tahun mulai tahun 2018 sampai dengan tahun 2023.

Baca juga: Negara G20 Apresiasi Kebijakan Iklim Indonesia

Dalam acara tersebut juga hadir perwakilan pemerintah dari tiga kota yang menjadi area kerja SNV, di mana program ini telah menghasilkan beberapa program dan capaian di masyarakat untuk mencapai sanitasi yang aman, inklusif, berketahanan iklim, dan berkelanjutan.

Di Kota Bandar Lampung, untuk memenuhi permintaan serta mempercepat terwujudnya sanitasi layak dan aman, terdapat bentuk kolaborasi antar dinas di tingkat Kota Bandar Lampung untuk pengembangan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) perkotaan.

“Kami bersama dengan Dinas Kesehatan dibantu oleh Puskesmas melakukan edukasi perubahan perilaku menuju sanitasi yang layak dan aman.”

“Kami upayakan seperti itu. Selain itu, pemerintah juga memberlakukan peraturan agar tertib dan edukasi dan masyarakat agar menuju kota sehat.”

Baca juga: Sekjen KLHK Bambang Hendroyono: Keberadaan Pohon untuk Kelangsungan Hidup Manusia dan Alam Semesta

“Dalam perjalanannya juga dikaitkan dengan perizinan seperti septic tank komunal sehingga mudah untuk dilakukan penyedotan dan secara berkala.”

“Kami memiliki badan usaha yang menangani masalah penyedotan tinja dengan kolaborasi yang baik sehingga tercipta perubahan perilaku,” ujar Dedi Amarullah, Wakil Wali Kota Bandar Lampung.

Sedangkan di Kota Metro, meningkatnya akses terhadap informasi mengenai sanitasi aman, mendorong munculnya inovasi daerah untuk menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat untuk mengakses layanan sanitasi aman.

Yaitu munculnya program Arisan Sedot Tinja (Arseti) sebagai alternatif pembiayaan layanan sedot tinja. Diah Meirawati, Kepada Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Metro menjelaskan bahwa inisiatif ini berasal dari masyarakat.

Baca juga: Sekjen KLHK: Perkuat Korsa Rimbawan dalam Membangun Lingkungan Hidup dan Kehutanan

“Mulanya, Arseti ini merupakan inisiatif dari PKK di dasawisma dengan 634 kelompok dan 1.300 KK terdaftar.”

“Sejauh ini, sudah ada 309 Arseti yang mendapatkan jatah sedot.”

“Dalam satu kelompok, ada 10 keanggotaan di mana setiap KK membayar biaya sebesar Rp20 ribu setiap bulan, nama yang diundi berhak mendapatkan layanan penyedotan tinja,” jelasnya.

Diah juga menambahkan bahwa seluruh upaya ini dilakukan dengan berlandaskan kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, swasta, NGO lokal hingga promotor sanitasi yang banyak melakukan edukasi.

Baca juga: Sekjen KLHK Bambang Hendroyono Pimpin Tanam Mangrove di Bali

Sementara itu dengan adanya program WASH SDG dari SNV selama lima tahun, Kota Tasikmalaya berhasil meningkatkan capaian gerakan ODF (Open Defecation Free) atau stop buang air besar sembarangan.

“Pada tahun 2019, kita baru melaksanakan gerakan ODF yang diawali dengan tiga kelurahan (4,35 persen) yang sudah ODF dari 69 kelurahan yang ada.”

“Berkat pendampingan SNV dan kolaborasi stakeholder, terdapat peningkatan capaian ODF di tahun 2023 yang berhasil mencapai 23 kelurahan.”

“Pada tahun 2024 kami memiliki komitmen untuk mencapai ODF 100 persen dengan mendorong 46 kelurahan lainnya yang belum mencapai ODF,” ujar Drs. H. Tedi Setiadi, M.Pd., Asisten Daerah 2 Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Baca juga: Sekjen KLHK: Perkuat Korsa Rimbawan dalam Membangun Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tedi juga menyampaikan untuk mencapai hal tersebut, diperlukan beberapa pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan dengan kolaborasi pentahelix dimulai dari
pemerintah, seperti Dinas Kesehatan, Dinas PUPR, Dinas Perawaskim, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Sosial.

“Semuanya harus ikut mengeroyok dan membantu kelurahan dan masyarakat untuk bisa menuntaskan yang juga kemudian dibantu tenaga sanitasi lingkungan,” pungkasnya. (*)