GAPKI Implementasikan PSR Kemitraan untuk Dongkrak Produksi Sawit Nasional

Bantuan Rp30 Juta Per Hektare

Sebagaimana diketahui, para petani kelapa sawit mendapatkan bantuan sebesar Rp30 juta per hektare untuk melakukan PSR.

“Hingga saat ini kami telah mengucurkan Rp8,8 triliun untuk program PSR,” ungkap Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman dalam kesempatan yang sama.

Menurut Eddy sejak keluarnya kebijakan PSR jalur kemitraan, implementasi program ini menjadi semakin menjanjikan.

Baca juga: GAPKI Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Antisipasi El Nino

Saat ini BPDPKS tengah menelaah 17 proposal PSR kemitraan yang membuatnya yakin untuk mencapai target pemerintah yakni 500 ribu dalam kurun tiga tahun ke depan.

“Sepanjang tahun 2023 ini kami telah mengimplementasikan PSR kemitraan seluas lebih dari 1700 hektar yang terdiri dari tujuh proposal saja,” tegas Eddy.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, dalam sambutannya mewakili Menteri Pertanian menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada GAPKI beserta perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah mengupayakan dan mendorong akselerasi Program Peremajaan Sawit Rakyat melalui jalur kemitraan.

PSR jalur kemitraan strategis agar terjadinya transfer pengetahuan, keahlian dan teknologi dari para pelaku industri.

Baca juga: Industri Sawit Berkomitmen Dukung Pemerintah Menuju Net Zero Emission

“Kolaborasi dalam program ini diyakini dapat mengakselerasi program serta meningkatkan produktivitas dan keuntungan bagi para petani,” tutur Andi.

Salah satu Koperasi Petani yang kini tengah mempersiapkan program kemitraan adalah Koperasi Berkat Ridho.

Koperasi yang memiliki 350 anggota dengan total luas lahan 700 hektare ini merupakan petani plasma PT. Buana Wiralestari Mas.

Koperasi tersebut kini telah mendapatkan dana BPDPKS untuk 138 hektare milik anggotanya dan selebihnya masih dalam proses pengumpulan dokumen.

Baca juga: Mendorong Keterlibatan Masyarakat Perdesaan Hasilkan Minyak Sawit Berkelanjutan

“Saat ini kami (Koperasi Berkat Ridho) juga tengah menunggu dana sarana dan prasarana dari BPDPKS untuk pembelian pupuk senilai Rp1,7 miliar,” ucap Ketua Koperasi Berkat Ridho, Muhammad Misdan.

“Kendala kami dalam program PSR ini adalah permasalahan dokumen administrasi yang disyaratkan.”

“Banyak petani kami telah memiliki SHM namun tidak memiliki dokumen asli karena sebagian diagunkan dan atau alasan lainnya,”

“Melalui pola kemitraan, selain kami mendapatkan pendampingan dalam hal kelengkapan dokumen, kami juga mendapatkan solusi atas kendala pembiayaan, mendapatkan bibit unggul, pengelolaan kebun yang baik serta mekanisasi,” ungkap Misdan.

Baca juga: Ada 16 Juta Orang yang Hidupnya Bergantung dari Sawit

Koperasi dengan tahun tanam 1997 ini, telah menjalin kemitraan dengan perusahaan dan berkatnya telah berhasil meningkatkan produktivitas kebun.

Hasil panen tandan buah segar (TBS) yang semula 10 ton per hektare per tahun, meningkat dua kali lipat menjadi 23,43 ton per hektare per tahun pada usia rata-rata tanaman enam tahun.

“Kami optimis, di usia 10 hingga 20 tahun, potensi produksi kami dapat mencapai 30 ton per hektare per tahun,” jelas Misdan.

“Kemitraan petani serta program PSR kemitraan tidak bisa berjalan sendiri, namun seluruh stakeholder sawit harus bersinergi.”

Baca juga: Kemitraan Penopang Daya Saing Industri Sawit di Pasar Global

“Kami mengapresiasi kementrian pertanian dan BPDPKS yang begitu konsisten memberikan dukungan, lembaga perbankan dan terutama dukungan kebijakan pemerintah daerah,” ucap Direktur Utama PT. Buana Wiralestari Mas, Feredy. (*)