Saatnya Refleksi Diri untuk Perbaikan LMS

Efektivitas e-learning

Pertanyaan Pak Nurcahyowiloso kepada Pak Kholik dan Bu Erlynda setelah keduanya memaparkan pengalaman penggunaan LMS, berapa persen kira-kira peserta yg kurang in charge dalam sebuah kelas.

Menurut Bu Erlinda ergantung dari asal peserta. Pengalaman dengan peserta yang dari Sulawesi, hampir 100% yang bisa in charge. Alasannya adalah karena

(1) para KTH didampingi dan dibantu oleh para pendamping mereka dan

(2) tidak ada kendala signal yang berarti.

Pengalamanan dengan peserta asal Maluku Utara di mana signal sangat susah dan jarak antara lokasi pendamping dan anggota KTH yang ikut pelatihan, sekitar 70-80% in charge sudah bagus.

Selanjutnya Pak Prama dan Pak Yusdi menanyakan tentang bagaimana pengukuran (evaluasi) penguasaan keterampilan hasil pembelajaran

Bu Erlinda menjelaskan bahwa sementara ini menilai dari hasil Catatan Belajar Mandirinya (CBM) dan evaluasi per MP. Pak Kholik menjawab bahwa untuk pengukuran evaluasi penguasaan keterampilan sepertinya harus ada workshop khusus yang membahas hal tersebut karena dalam pelatihan PS ini masih pada tingkat “menjelaskan” saja. Bu Maesaroh menimpali bahwa perlu dibuat instrument evaluasi khusus untuk setiap keterampilan yg berbeda.

Pak Iwan pada pemaparannya juga menyampaikan bahwa pelatihan P2SPI kelihatannya dari pokok bahasan belum mengarah pada peningkatan kompetensi. Pak Slamet Wahyudi merasakan hal yang sama, dimana isinya menyampaikan (sosialisasi) isi model dari seri-1 sd 5 dan panduannya, Sementara Pak Sudirmaan dan Pak Kholik menyampaikan bahwa pada kurikulum Pelatihan PS ranah kognitifnya sampai menjelaskan.