APHI Dukung Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla

Persiapan misi TMC di Provinsi Riau. Foto BPPT
Persiapan misi TMC di Provinsi Riau. Foto BPPT

TROPIS.CO, JAKARTA – Siaga kolaboratif dan langkah preventif merupakan upaya yang harus dilakukan para pemangku kepentingan dalam menghadapi musim kering tahun ini.

Langkah antisipatif ini dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya baru-baru ini menyampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya kepada Tim Rekayasa Hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya untuk membasahi gambut di Provinsi Riau, yang tetap berdedikasi bekerja tanpa henti meski di Hari Raya Idul Fitri.

Rekayasa hujan ini dilakukan KLHK bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), BMKG, TNI AU, dan mitra kerja.

Berdasarkan prediksi BMKG, musim panas diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus.

Baca juga: Guna Tingkatkan Pasokan Air Bagi 88.000 Hektare Sawah, Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rentang Dilakukan

Rekayasa hujan melalui TMC dilakukan karena melihat mayoritas titik pemantauan tinggi muka air tanah (TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau telah menunjukkan pada level siaga bahkan bahaya.

“Saya mendapat laporan, volume air hujan alami ditambah hasil upaya rekayasa hujan/hujan buatan yang dilakukan beberapa hari ini telah menambah tinggi muka air tanah gambut di Riau naik ke level aman.”

“Upaya antisipasi ini guna mencegah terjadinya karhutla, karena gambut kering sangat mudah terbakar dan sangat sulit dipadamkan.”

“Kepada kalangan dunia usaha diharapkan kerja samanya untuk melakukan transfer teknologi gambut kepada masyarakat, khususnya untuk teknologi pemantauan tinggi muka air tanah pada lahan gambut,” kata Siti Nurbaya.

Berdasarkan pantauan satelit NOAA, dari Januari hingga awal Mei 2020 terdapat 25 hotspot (terjadi penurunan 94 persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu sebanyak 420 hotspot.

Sedangkan jika menggunakan data satelit Terra Aqua, hotspot periode Januari hingga April 2020 sebanyak 746 titik api atau terjadi penurunan hotspot 440 titik (37,1 persen) dari data hotspot tahun 2019 lalu sebanyak 1.186 titik dengan confidence level ≥ 80 persen.

Khusus untuk Provinsi Riau, jumlah hotspot tanggal 1 Januari-20 Mei 2020, tercatat 271 titik dengan confident 80 hingga 100 persen.

Jumlah ini menurun bila dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang mencapai 503 titik.