Saatnya Refleksi Diri untuk Perbaikan LMS

Akses ke LMS

Pada pelatihan Pendampingan Perhutanan Sosial Pasca Izin (P3SPI) periode pertama, masalah akses ke LMS merupakan yang sering jadi perbincangan karena merupakan pengalaman pertama bagi kebanyakan peserta dan tutor.

Paling tidak terdapat dua hal yang berhubungan dengan akses terhadap LMS yaitu masalah signal jaringan internet dan masalah kemampuan menggunakan perangkat untuk akses LMS.

Terdapat beberapa upaya peserta untuk menjangkau signal jaringan internet, diantaranya menempuh jarak yang cukup jauh atau berkumpul di satu titik yang signalnya bagus. Hal ini membuktikan komitmen tinggi dari peserta untuk mengikuti pelatihan.

Peserta workshop menyadari masalah signal tersebut, jangankan di pelosok di kota saja termasuk saat workshop saat ini masih sering terjadi permasalahan signal. Peserta workshop menyarankan adanya kerjasama antara kementerian LHK dengan PT. Telkom atau dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar infrasutruktur jaringan internet di desa-desa bisa dipenuhi.

Terhadap hal tersebut pak Gun Gun dari Setbadan P2SDM menyampaikan bahwa sudah ada kerjasama antara menteri LHK dengan Menteri Kominfo yang salah satunya tentang fasilitasi penyediaan infrastruktur dan pemanfaatan sumberdaya bidang komunikasi dan informatika. Tinggal usulan dari setiap satker BP2SDM dengan menyampaikan data wilayah yang susah signal.

Terhadap sulitnya akses LMS, terbersit beberapa peserta workhop untuk mencari alternatif aplikasi yang dianggap lebih mudah. Seperti pendapat Pak Rama yang menyampaikan kalau LMS sulit dipakai oleh masyarakat harus ada opsi lain, jangan sampai karena sulit di e-nya … learningnya bisa tidak optimal.

Demikian juga Pak Ginanjar menambahkan yang namanya inovasi adalah sesuatu yang memudahkan bagi pengguna. Jika menyusahkan atau menghambat berarti belum bisa dikatakan inovasi, case nya kenapa pilihannya adalah diskusi dengan WhatsApp dari pada LMS berarti WA dianggap lebih mudah, lebih praktis dibanding LMS sehingga perlu ada formula terbaik dan uji coba untuk semua kalangan baik ASN maupun Masyarakat.

Pak Rama, Pak Empat Basuki, dan Pak Yusuf menyampaikan bahwa Google classroom aplikasi mobilenya bisa notifikasinya real time layaknya whatsapp, jadi ketika menggunakan forum diskusi di Google classrom notifikasi peserta atau pengajar menulis sesuatu ada pemberitahuan.

Pak Nehemia menanyakan apakah ada aplikasi lokal pengganti zoom. Pak Slamet wahyudi menyampaikan ada produk Telkom, yaitu Umeetme, tapi tidak diperkenan…….

Bu Kusdamayanti yang sedang mengikuti pelatihan elearning MoT di Lembaga Administrasi Negara, menyampaikan bahwa secara umum LMS kemenLHK sudah sama baiknya dengan LMS LAN. Perbaikan dan pengembangan harus dilakukan bersama dari masukan kita sebagai pengguna LMS.

Pendapat Bu Kusdamayanti diamini oleh beberapa peserta workhop, diantaranya Pak Sudirman Sultan dan Pak Ari Sasongko yang mengajak sama-sama bisa memberikan saran ataupun masukan untuk pengembangan LMS kemenLHK.

Beberapa solusi terkait permasalahan kemampuan peserta masuk LMS pada P3SPI adalah dengan bantuan dari pendamping kepada petani dalam hal akses cloud zoom meeting dan LMS.

Panitia sudah memberikan sosialisasi kepada calon peserta dengan melampirkan soft file tutorial akses LMS dari pusat diklat SDM pada surat pemanggilan, serta memberikan tutorial langsung melalui video conference (vidcom) minimal sehari sebelum pembukaan. Tutorial akses LMS sudah tersedia, baik yang berupa bahan tayang dan video.

Manual /soft file panduan LMS untuk pengajar sudah pernah dibuat oleh pusdiklat semenjak 2015. Namun demikian, disadari oleh peserta workshop bahwa belum semua tutor bisa akses ke LMS dalam artian memahami bagaimana fitur-fitur pada LMS bisa digunakan sebagai alat komunikasi pada pelatihan jarak jauh.

Fitur live chat atau forum diskusi belum digunakan secara optimal. Sebagian masih beranggapan pelatihan jarak jauh cukup dengan zoom dan whatsapp saja karena dianggap lebih mudah.

Beberapa usulan yang muncul terkait permasalahan akses terhadap LMS antara lain:

a) pelatihan jarak jauh dilaksanakan bertahap, hanya bagi peserta yang siap;

b) adanya tutorial sederhana cara operasional elearning, dengan animasi lebih menarik;

c) electronik/technology sbgai support sistem learning dalam e-learning khusus untuk pelatihan masyarakat perlu disederhanakan lagi agak lebih fleksibel/mudah digunakan;

d) widyaiswara yang menjadi tutor/terlibat perlu juga sama sama belajar dan mengoptimalkan LMS, tidak hanya peserta pelatihan saja;

e) mungkin butuh instruksi dan pembiasaan atau sedikit “paksaan” dalam menggunakan fasilitas/media yang relatif baru:

f) Panduan Pengguna LMS umumnya memuat FAQ, supaya pengguna tidak perlu membaca semua panduan terutama ketika ada trouble system;

g) panduan dibuat tersendiri utk masing-masing pelatihan peserta utk ASN dan Masyarakat;

h) Pendalaman pemahaman dari Penyelenggara, WI, Admin dan Sub Admin tentang LMS.