Saatnya Refleksi Diri untuk Perbaikan LMS

Pemanfaatan LMS sebagai Alat

LMS merupakan suatu alat untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Peran LMS tdk sekedar ruang belajar virtual yang menyediakan fasilitas berbagai aktivitas pembelajaran akan tetapi menjadi sistem manajemen peserta, materi, bank soal dll.

Pak Iwan Setiawan dari Balai diklat LHK Makassar menyampaikan bahwa LMS kemenlhk itu sudah bagus dan cukup lengkap sebagai alat pembelajaran dimana sudah terdapat fitur-fitur yang memfasilitasi komunikasi antara tutor dan peserta pelatihan.

LMS juga membuat pembelajaran menjadi transparan. Beberapa widyaiswara yang pernah mengikuti pelatihan jarak jauh di tempat lain mengatakan hal yang sama bahwa LMS kemenlhk sudah sama dengan LMS lembaga lain, tinggal pemanfaatannya perlu memperkuat diri, kreatif dan inovatif.

Pak Iwan selanjutnya menyampaikan bahwa LMS dapat digunakan bukan hanya pada pelatihan jarak jauh, akan tetapi pada pelatihan bersifat klasikal, dimana LMS berfungsi untuk interaksi pengajar – peserta, serta dijadikan cloud untuk sumber materi.

Menurut Pak Herdi dari BDLHK Kadipaten, penggunaan LMS pada diklat konvensional (klasikal) sudah lama diterapkan di pusdiklat BMKG, utk mendukung aktivitas pembelajaran di luar jam belajar, misalnya diskusi, menyediakan materi belajar, penugasan dll.

Pak Iwan menyampaikan bahwa pada LMS terdapat fitur forum diskusi yang perlu dioptimalkan. Misalnya apabila tutor berupa team teaching sebanyak 3 tutor, dalam satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok, sehingga masing-masing tutor memfasilitasi 10 orang saja di ruang yang berbeda.

Beberapa peserta workshop setuju dengan pak iwan, dimana forum diskusi dimuat agar bisa berbalas pendapat dan diskusi layaknya status dan komen di FB, peserta didorong menggunakan forum diskusi.

Selanjutnya Pak Iwan mengusulkan agar pada LMS juga perlu ada notifikasi di perangkat (hp) tutor maupun peserta sehingga akan mengetahui apabila ada yang menulis di forum diskusi. Dengan demikian komunikasi antara tutor dan peserta pelatihan di mana saja dan kapan saja akan terjadi dan menjamin kedua belah pihak dapat cepat merespon.

Terkait masalaah komunikasi asynchronous tersebut, Pak Gun gun menanyakan apakah ada fitur time counter untuk tutor dan peserta sehingga bisa terlihat arah dan proporsi bicara sehingga bisa diketahui pergerakan ke learner centris.

Diskusi selanjutnya terkait pemanfaatan LMS adalah bagaimana LMS mengikuti desain pembelajaran. Misalnya Pak Rama yang menanyakan bagaimana pembatasan akses terhadap materi bersyarat sampai selesai dipelajari (contoh mata pelatihan 2 bisa diakses jika mata pelatihan 1 sudah diselesaikan).  dijawab oleh Pak Kholik bahwa untuk di pelatihan PS ini semua file mata pelatihan dibuka, harapannya peserta bisa mengakses kapan saja.

Juga beberapa pertanyaan yang belum bisa terjawab, seperti bagaimana ketersediaan fitur link youtube di LMS, bagaimana instrument evaluasi untuk setiap ranah kognitif mulai dari pengetahuan (C1) hingga penilaian (C6) pada klasisifaksi Bloom, seperti apakah hasil diskusi atau live chat bisa di convert ke file yang lain.

Selain itu terdapat ajakan tindak lanjut untuk menyusun instrumen evaluasi atau keinginan perlunya workshop dimana narasumber dari kemeterian pertanian karena pesertanya hampir sama dengan Lingkungan hidup dan Kehutanan.