Masalah Industri Sawit Indonesia Akibat Tumpang Tindih Kebijakan

Menguasai Pasar Minyak Nabati Global

Saat ini kelapa sawit Indonesia menguasai sekitar 58 persen pasar minyak nabati global dan lebih dari 40 persen pasar minyak kelapa sawit global.

M. Hadi Sugeng juga memaparkan problematika industri kelapa sawit Indonesia.

Menurutnya, banyaknya masalah yang dihadapi akibat tumpang tindih kebijakan serta banyaknya instansi yang turut mengambil andil dalam pengambilan kebijakan industri kelapa sawit.

“Setelah kami petakan setidaknya 31 instansi pemerintah terlibat dalam pengambilan kebijakan, itu mulai dari daerah hingga pemerintah pusat,” tuturnya.

Baca juga: Industri Sawit Berkomitmen Dukung Pemerintah Menuju Net Zero Emission

Sekjen Gapki tersebut memberi contoh kasus identifikasi kawasan hutan dimana perusahaan sawit yang mulanya sudah diberikan Hak Guna Usaha (HGU) atau petani yang memiliki Surat Hak Milik (SHM) juga diidentifikasi masuk kawasan hutan. Adapun penetapan melalui rekomendasi gubernur dan juga berbagai instansi terlibat.

“Semestinya pelaku usaha yang sudah memiliki SHM atau HGU sudah final, karena dalam prosesnya melibatkan semua institusi terkait dan juga mempertimbangkan tata ruang yang ada,” jelas M. Hadi Sugeng.

Pemerintah Indonesia pun mengimplementasikan Perpu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (UUCK) yang akan membebankan denda administratif bagi pelaku usaha serta dikembalikannya perkebunan menjadi kawasan hutan setelah satu daur tanaman kelapa sawit.

“Gapki mengharapkan kepastian kebijakan agar tercipta industri yang berkelanjutan dan kesinambungan investasi,” ungkap M. Hadi Sugeng.

Baca juga: GAPKI Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Antisipasi El Nino

Bendahara PWI Muh. Ihsan mengekspresikan dukungannya pada industri kelapa sawit.

Menurutnya, industri kelapa sawit sudah menjadi industri strategis bagi Indonesia.

Kontribusi ekonomi-sosial yang diberikan bagi masyarakat Indonesia sangat berarti dalam mensejahterakan bangsa.

“Kami akan terus menyuarakan pentingnya industri kelapa sawit Indonesia dan mendorong keberlanjutan industri ini bagi bangsa Indonesia,” tutup Muh. Ihsan saat memoderatori Gala Dinner Kongres PWI ke-25. (*)