Masalah Industri Sawit Indonesia Akibat Tumpang Tindih Kebijakan

Sekretaris Jenderal GAPKI M. Hadi Sugeng mengungkapkan peningkatan konsumsi di pasar global yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan tidak dibarengi dengan pertumbuhan produksi minyak sawit. Foto: GAPKI
Sekretaris Jenderal GAPKI M. Hadi Sugeng mengungkapkan peningkatan konsumsi di pasar global yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan tidak dibarengi dengan pertumbuhan produksi minyak sawit. Foto: GAPKI

TROPIS.CO, BANDUNG – Kelapa sawit sebagai Industri strategis nasional sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja bahkan perlu kewaspadaan.

Pasalnya, produksi minyak sawit dan kinerja ekspor Indonesia sedang mengalami stagnansi dalam beberapa tahun terakhir.

Eskalasi politik global juga memberikan tekanan pada harga komoditas penopang ekonomi Indonesia ini.

Di sisi lain, hambatan dalam negeri belum kunjung terselesaikan.

Baca juga: GAPKI Implementasikan PSR Kemitraan untuk Dongkrak Produksi Sawit Nasional

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) M. Hadi Sugeng mengungkapkan peningkatan konsumsi di pasar global yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun kedepan tidak dibarengi dengan pertumbuhan produksi minyak sawit, baik itu minyak sawit mentah (CPO) ataupun minyak kernel (PKO).

Padahal Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir terbesar kelapa sawit dunia.

“Beberapa tahun belakang produksi minyak sawit Indonesia stagnan di 51 juta ton, pun kinerja ekspor juga menurun.”

“Meskipun volume ekspor meningkat di tahun ini, tapi nilainya menurun akibat harga,” kata M. Hadi Sugeng pada Gala Dinner Kongres PWI ke-25 di Gedung Sate, Bandung, Minggu (24/9/2023).

Baca juga: Gandeng Uzbekistan, GAPKI Optimistis Dapat Tingkatkan Pasar Industri Sawit di Asia Tengah