GAPKI Gelar IPOC 2023, Kampanye dan Kebijakan Negatif Uni Eropa Jadi Salah Satu Bahasan

Ketua Umum GAPKI Eddy Martono, Ketua Panitia IPOC 2023 Mona Surya, dan Sekretaris Jenderal GAPKI Hadi Sugeng memberikan keterangan pers gelaran
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono, Ketua Panitia IPOC 2023 Mona Surya, dan Sekretaris Jenderal GAPKI Hadi Sugeng memberikan keterangan pers gelaran "19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC 2023)". Foto: GAPKI

TROPIS.CO, JAKARTA – Kampanye negatif yang kemudian dituangkan dalam kebijakan yang menjadi hambatan dagang di pasar global, diantaranya adalah Kebijakan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) akan menjadi salah satu isu yang dibahas dalam “19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC 2023)” yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 3 November 2023 di Bali International Convention Center, Westin Resort, Nusa Dua, Bali.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono dalam konferensi pers daring perhelatan “19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC 2023) yang mengusung tema “Enhancing Resiliency Amid Market Uncertainty.”

“Implikasi EUDR dikhawatirkan akan berdampak besar bagi industri kelapa sawit, terutama bagi para petani sawit.”

“Pasalnya, pasokan minyak sawit saat ini didominasi oleh petani diantaranya Indonesia 42 persen dan Malaysia 27 persen.”

Baca juga: Masalah Industri Sawit Indonesia Akibat Tumpang Tindih Kebijakan

“Sertifikasi perkebunan kelapa sawit seperti Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) serta Malaysia Sustainable Palm Oil (MSPO) yang menjadi tolak ukur tata kelola yang berkelanjutan hingga saat ini belum diakui oleh Uni Eropa.”

“Pertimbangan langkah-langkah khusus untuk mengintegrasikan petani kecil ke dalam rantai pasokan sangat penting dalam meminimalkan dampak EUDR terhadap petani tersebut,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, Selasa (3/10/2023).

Selain membicarakan soal kampanye dan kebijakan negatif Uni Eropa terhadap sawit, “19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC 2023)” juga membahas eskalasi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina yang belum mereda memberikan dampak pada suplai minyak nabati global membuat peta persaingan dan harga kian fluktuatif.

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia berperan penting dalam pasar minyak nabati global.

Baca juga: Gandeng Uzbekistan, GAPKI Optimistis Dapat Tingkatkan Pasar Industri Sawit di Asia Tengah

Bersama dengan Malaysia, kedua negara mendominasi 85 persen pangsa pasar pasar minyak sawit dunia.