Kendati ada kerusakan karena dampak tambang timah, namun menurut Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono, kondisi potensi mangrove di pesisir Kepulauan Bangka Belitung, relative masih cukup baik.
TROPIS. CO-JAKARTA, Bertandang ke Bangka Belitung, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono, sempat terkesimak melihat potensi mangrove di sepanjang muara munjang yang masih padat dan rapat. Tumbuh subur bagai tak tersentuh tangan tangan jahil kaum penambang ilegal.
Bersama Gatot Soebiantoro, Deputi BRGM, Hartono dan juga tim Balai DAS Rehabilitasi Hutan Batu Rusa Cerucuk, dan juga Ketua Kelompok Tani Hutan Gempa 01, Munjang,Yasir, Jumat kemarin, melihat kondisi mangrove di muara Munjang yang oleh KTH Gempa 01, telah dikembangkan menjadi kawasan wisata dan edukasi. Dan juga menjadi kawasan konservasi dan pelestarian mangrove. Sekaligus pengembangan budidaya perikanan atau silvoforestry.
“ Kondisi mangrovenya relatif baik,”ujar Hartono. Walau di sejumlah lokasi juga dijumpai ada juga kawasan mangrove rusak karena dampak dari pertambangan timah yang tak terkoordinir baik. “Namun secara umum masih bagus dan cukup terjaga, “tambah Hartono.
Setidaknya ada 213 hektar kawasan hutan mangrove di Desa Kurau, Bangka Tengah yang dikelola Kelompok Perhutanan Sosial – KPS Gempa 0. Dan ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 silam. Awalnya sekadar lokasi pembibitan mangrove, dan kini sudah berkembang menjadi kawasan konservasi, budidaya perikanan, edukasi dan juga sebagai distinasi wisata. Pengembangannya dilakukan Yasir melalui skema Hutan Kemasyarakatan- Hkm.
Sekitar 2 tahun nan silam, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sempat bertandang ke kawasan mangrove Munjang, Kurau, Bangka Tengah itu. Menteri Siti Nurbayapun kala itu, punya kesan yang sama. Dan sempat mengapresiasi Yasir sebagai ketua kelompok yang mampu menggerakan masyarakat Kurau untuk menjaga hutan mangrove dari tindakan oknum oknum penambang timah ilegal.
“ Pada saat saat hari libur, cukup banyak datang ke kawasan mangrove Munjang ini,”kata Yasir. Sebagian besar, mereka kalangan mahasiswa dan pelajar. “Pesona menarik lain dari Wisata Mangrove ini adalah perpaduan konsep wisata dan edukasi. Tak hanya sekedar untuk menyegarkan pikiran, wisatawan juga akan mendapatkan banyak pengalaman serta pengetahuan baru seputar mangrove,”tambahnya.
Kawasan hutan di tempat wisata ini dibuat sedemikian rupa dipadukan dengan spot foto kekinian dengan pemandangan indah menyusuri hutan mangrove baik melalui jembatan kayu maupun sungai. Wisatawan juga bisa menyaksikan kawasan Hutan Mangrove secara keseluruhan dari atas menara yang dibuat menempel pada pohon mangrove tertinggi ditempat ini. Sensasi mengarungi sungai diantara tanaman Mangrove akan membuat wisatawan bak berasa di hutan Amazon, Brazil.
Bahkan saat menyusuri sungai dengan perahu wisatawan akan disuguhkan dengan indahnya pemandangan hutan mangrove, binatang liar seperti biawak, ular yang bergelantung, burung-burung, monyet dan binatang liar lainnya yang berlalu lalang, serta beragam jenis tanaman selain mangrove juga terlihat selama menyusuri sungai. Selain itu selama menjelajah, wisatawan juga akan dimanjakan dengan aroma lembut tanaman bakau dan nipah yang membuat tubuh menjadi rileks.
.