Volume dan Nilai Ekspor Produk Minyak Sawit Turun

Total konsumsi dalam negeri bulan September 2023 mencapai 1.979 ribu ton turun 2,9 persen dari konsumsi bulan Agustus sebesar 2.037 ribu ton. Foto: Instagram @cybex_exim
Total konsumsi dalam negeri bulan September 2023 mencapai 1.979 ribu ton turun 2,9 persen dari konsumsi bulan Agustus sebesar 2.037 ribu ton. Foto: Instagram @cybex_exim

TROPIS.CO, JAKARTA – Total ekspor produk minyak sawit bulan April dibandingkan dengan bulan Maret 2023, turun lebih dari 500 ribu ton (-19,2 persen).

Penurunan ekspor meliputi CPO turun 36,3 persen, produk olahan CPO turun 15,6 persen, olahan PKO turun 36,2 persen, oleokimia turun 12,0 persen dan biodiesel turun 73,9 persen.

Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono, berdasarkan tujuannya, ekspor ke Tiongkok turun sebesar 315,3 ribu ton dari 647,7 ribu ton menjadi 332,4 ribu ton (-48,7 persen), ke negara-negara Afrika (tidak termasuk Mesir) turun sebesar 143 ribu ton dari 302,8 menjadi 197,3 ribu ton (-47,3 persen), ke India turun sebesar 99 ribu ton dari 252,1 menjadi 160,1 ribu ton (- 36,5 persen) dan ke Amerika Serikat (AS) turun dengan 59 ribu ton dari 198,4 menjadi 139,5 ribu ton (-29,7 persen).

Volume ekspor bulan April ini merupakan terendah sejak Februari 2022 kecuali untuk Mei 2022 ketika terjadi larangan ekspor.

Baca juga: Mengintegrasikan Industri Hulu hingga Hilir Sawit Berkelanjutan

Walau begitu, secara tahunan total ekspor sampai dengan April tahun 2023 lebih tinggi 19,9 persen dibandingkan di tahun 2022.

“Turunnya volume ekspor juga disertai dengan turunnya harga CPO dari US$ 1.031/ton CIF Rotterdam pada bulan Maret menjadi US$ 1.025/ton pada bulan April, sehingga menjadikan nilai ekspor produk minyak sawit turun dari US$2.420 juta pada bulan Maret menjadi US$1.961 juta pada bulan April yang merupakan nilai terendah selama 11 bulan terakhir,” ungkap Mukti dalam keterangan persnya, Kamis (15/6/2023).

Dia menyatakan bahwa dibandingkan dengan tahun 2022 sampai dengan April 2022, nilai ekspor sampai dengan April 2023 adalah 23,0 persen lebih rendah.

Konsumsi dalam negeri masih terus naik pada bulan April dibandingkan Maret sebesar 4,7 persen.

Baca juga: Kemitraan Penopang Daya Saing Industri Sawit di Pasar Global

Kenaikan konsumsi dalam negeri terbesar terjadi untuk industri biodiesel (+8,7 persen) dan oleokimia (+7,5 persen) diikuti oleh industri pangan (0,9 persen).

Dibandingkan dengan total konsumsi sampai dengan April 2022, konsumsi sampai dengan April 2023 lebih tinggi sebesar 19,0 persen.

“Produksi CPO+PKO bulan April turun sebesar 5,1 persen dibandingkan bulan Maret karena faktor musiman juga karena libur hari raya Idul Fitri. Namun, produksi CPO+PKO sampai dengan April 2023 adalah 8,1 persen lebih tinggi dari produksi CPO+PKO sampai dengan April 2022,” papar Mukti.

Dengan komposisi produksi, ekspor dan konsumsi dalam negeri, terjadi kenaikan stok akhir bulan April sebesar 15,8 persen dibandingkan dengan stok akhir bulan Maret.

Baca juga: Industri Sawit Berkomitmen Dukung Pemerintah Menuju Net Zero Emission

Industri kelapa sawit Indonesia kini tengah menghadapi musim kemarau yang bahkan sudah dialami di beberapa daerah sentra perkebunan kelapa sawit.

“Menghadapi fenomena alam tersebut, seluruh anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah menyiapkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di sekitar perkebunan kelapa sawit.”

“Kesiapsiagaan ini dilakukan bersama dengan kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang berada di sekitar perkebunan, pemerintah setempat, serta aparatur kepolisian dan TNI,” pungkas Mukti Sardjono. (*)