Tantangan Perkebunan Sawit Rakyat dan Rilis Buku Panduan Sawit: Perkebunan Sawit Rakyat

Tulang Punggung Perekonomian

Diungkapkan Pimpinan Redaksi InfoSAWIT, Ignatius Ery Kurniawan, perkebunan kelapa sawit komersil yang sudah dikembangkan lebih dari 110 tahun memiliki banyak pertumbuhan bisnis dan kemampuan dalam menyejahterakan masyarakat.

Perkebunan kelapa sawit yang biasanya berada di berbagai daerah pelosok desa, seringkali menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat desa dalam mewujudkan kesejahteraannya.

Sebab itu, penguatan petani kelapa sawit dalam melakukan praktik budidaya terbaik dan berkelanjutan harus mendapatkan prioritas dan bantuan besar dalam kegiatannya.

“Bersamaan dengan pemberdayaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki tugas mulia untuk menanam pohon kelapa sawit sebagai sumber kehidupan di Indonesia dan dunia,” katanya.

Baca juga: Pasar Uni Eropa Bias dan Tidak Adil terhadap Sawit

Sementara diungkapkan Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, meyakini dengan maju dan berkembangnya sektor agribisnis bisa memberikan dampak positif bagi kesejahteraan rakyat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Salah satunya dengan mendorong perkebunan kelapa sawit bermanfaat bagi masyarakat serta layak lingkungan, dengan melakukan perbaikan tata kelola yang terus menerus.

“Mendorong pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia, yang kerap memperoleh tantangan dari berbagai aspek, baik itu kampanye negatif, tantangan regulasi, menjadi upaya yang terus dilakukan, sampai pada kondisi tata kelola kelapa sawit yang lebih baik,” katanya dikutip dari pengantar Buku Panduan Sawit: Perkebunan Sawit Rakyat.

Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrahman, menyatakan bahwa sawit nasional dari hulu hingga hilir memiliki peranan penting bagi pembangunan nasional.

Baca juga: Sawit Solusi Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Dampak Resesi

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, tercatat empat aspek indikator.

Pertama, menciptakan lapangan kerja sebanyak 4,2 juta orang pekerja langsung dan 12 juta orang pekerja tidak langsung.

Kedua, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Ketiga, berkontribusi terhadap perolehan devisa negara, rata-rata sebesar 13,5 persen dari ekspor nonmigas setiap tahunnya.

Baca juga: BPDPKS Alokasikan Dana untuk Implementasi Biodiesel 40

Keempat, mendorong kemandirian energi melalui bahan bakar nabati atau biodiesel yang menghemat devisa impor solar senilai US$8 miliar per tahun.

“Melalui keberadaan minyak sawit berkelanjutan yang mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan menjaga harmonisasi sosial dan kelestarian lingkungan selaras dengan tujuan pembangunan nasional dalam menjaga harmonisasi people, profit dan planet (3P).”

“Sesuai pula dengan prinsip dan kriteria Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang secara mandatori telah dilaksanakan,” katanya.