Apical dan Cepsa Bangun Pabrik Biofuel Generasi Kedua Terbesar di Selatan Eropa

Menjawab Permintaan Pasar

Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat menjawab kenaikan permintan di pasar.

Apical jajaki kerja sama dengan perusahaan minyak global lainnya di kawasan.

Baca juga: Pakistan Jadi Pasar Potensial Minyak Sawit Indonesia

Memanfaatkan kemampuannya untuk mendapatkan bahan baku 2G berkualitas tinggi secara efisien dan berkelanjutan, Apical secara aktif menjajaki kemitraan serupa dengan perusahaan minyak besar global untuk mendirikan fasilitas produksi SAF di Singapura dan Asia, di mana pasar SAF masih dalam tahap awal.

Ini akan membantu memenuhi antisipasi kenaikan permintaan SAF saat Singapura meluncurkan rencananya agar semua penerbangan keluar negeri mulai menggunakan bahan bakar ramah lingkungan ini pada tahun 2026.

“Salah satu faktor yang menghambat penyerapan SAF di kawasan ini adalah harga premiumnya.”

“Namun, Asia memiliki potensi luar biasa karena merupakan rumah bagi enam negara ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang secara kolektif berpotensi mendukung produksi SAF di kawasan ini dengan bahan baku limbah dan minyak residu yang dibutuhkan.”

Baca juga: Jadi Pengimpor Besar, India dan Pakistan Minta Indonesia Permudah Ekspor Minyak Sawit

“Apical memiliki kehadiran regional yang sangat kuat, di mana kami beroperasi di garis depan bioekonomi, merangkul pendekatan ‘waste to value’ (limbah menjadi nilai).”

“Kami memiliki bahan baku 2G yang siap untuk mendorong produksi SAF di kawasan ini melalui kemitraan,” jelas Karunagaran.

“Kami menyambut baik pengumuman terkini oleh Singapura yang mewajibkan semua penerbangan keluar untuk menggunakan SAF pada tahun 2026.”

“Sebagai pusat penerbangan regional, Singapura memimpin dengan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan ini sekaligus membantu maskapai penerbangan mengelola biaya yang lebih tinggi terkait dengan SAF.”

Baca juga: Ini Salah Satu Keistimewaan Kelapa Sawit, Limbahnya Bisa Jadi Energi Terbarukan

“Singapura akan menggunakan retribusi yang dibayarkan oleh konsumen untuk membeli SAF secara terpusat guna digunakan oleh maskapai penerbangan.”

“Agar Singapura berhasil mencapai target SAF-nya dari 1 persen pada 2026 menjadi 3 persen hinggga 5 persen pada 2030, penting untuk mendorong kolaborasi industri yang lebih dalam guna mengoptimalkan penawaran dan permintaan, serta meningkatkan adopsi SAF dengan cara yang terjangkau, menguntungkan konsumen, dan maskapai penerbangan,” pungkas Karunagaran. (*)