Waspada Ada Indikasi Industri Pulp dan Kertas Kekurangan Kayu

Relatif Baik

Di balik kekhawatiran bakal terjadinya stagnan pertumbuhan industri pulp dan paper nasional di masa mendatang lantaran keterbatasan bahan baku.

Saat ini memang tersirat juga rasa bangga atas kinerja ekspor  produk industri kehutanan dalam kurun dua  tahun terakhir.

Walau memang saat memasuki akhir kuartal pertama hingga akhir kuartal kedua, Desember 2020, pertumbuhan nilai ekspor produk industri kehutanan terpuruk dalam,  hingga sempat minus tertinggi, 8,4 persen pada Mei.

Namun memasuki triwulan pertama hingga triwulan ketiga 2021, pertumbuhan ekspor rerlatif baik dan meningkat cukup signifikan, yakni mencapai 28 persen dari nilai US$ 8.148.946.812,37 menjadi US$ 10.496.407.878,00.

Peningkatan yang sangat  drastis dialami  industri furniture kayu, mencapai  89,9 persen dari US$ 1.093.513.987,36  menjadi US$  2.076.059.511,00.

Disusul  woodchip atau kayu serpih, 78,4 persen dari nilai US$ 35.785.004,78 menjadi US$ 63.827.771,00. Kemudian nilai ekspor veneer naik 53,7 persen dari US$ 54.245.738,85 menjadi US$ 83.369.507,00.

Adapun  nilai ekspor  produk industri hutan bersumber dari hutan tanaman, seperti Pulp dan Kertas, walau meningkat namun tidak sedrastis hutan alam.

Pulp naik 25,5 persen dari  US$ 1.874.798.397,46 menjadi US$ 2.353.027.410,00. Sedangkan paper atau kertas naik  rendah dari  US$ 2.642.473.990,50 menjadi US$ 2.878.171.892, atau peningkatannya hanya 8,9 persen.

Sementara untuk jenis produksi industri hutan lainnya, seperti bangunan prefabrikasi, kerajinan, panel dan woodworking, bertumbuh dalam kisaran  9,9 persen hingga  31,3 persen. (*)