Kemampuan Sawit Menyehatkan Lingkungan Hidup Lebih Tinggi Ketimbang Hutan Tropis

Sawit Kaya Vitamin

Dr. apt Mahdi Jufri, M.Si, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan Dr. Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman – yang juga tampil sebagai narasumber, ikut menguatkan apa yang disampaikan Tungkot Sipayung.

“Minyak sawit sangat kaya akan kandungan berbagai vitamin dan mikronutrien yang bermanfaat bagi kesehatan dan mengurangi resiko terkena berbagai penyakit yang kronis,” kata Dr. apt Mahdi Jufri.

Minyak sawit, lanjut dia, banyak mengandung betacarotene (vitamin A) serta tocopherol dan tocotrienol (vitamin E) yang kaya antioksidan. Dengan demikian, minyak sawit mampu meningkatkan sistem imun dan mencegah penyakit kanker.

Kandungan antioksidan tersebut juga ditemukan pada komponen mikronutrien pada minyak sawit lainnya seperti Likopen, Lutein, dan Ubiquinon 10 (UQ-10). Asam palmitat yang terkandung dalam minyak sawit.

Menurut Mahdi Jufri, juga terbukti dapat mengurangi resiko kardiovaskular.

Jadi bukan suatu yang berlebihan, bila kemudian Dekan Fakultas Farmasi itu, berkesinpulan, minyak sawit memiliki banyak keunggulan dalam aspek kesehatan. Sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi produk kesehatan yang sifatnya preventif, seperti multivitamin.

“Mengingat saat ini industri farmasi Indonesia masih sangat bergantung terhadap bahan baku impor, sehingga pengembangan produk farmasi berbasis minyak sawit diharapkan menjadi solusi atas ketergantungan impor,” ujarnya.

Nah untuk itu, riset penelitian teknologi pengolahan minyak sawit menjadi produk farmasi perlu ditingkatkan.

Sebab rendahnya riset ini, merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan minyak sawit sebagai produk farmasi.

“ Ini peluang besar bagi mahasiswa farmasi untuk melakukan penelitian di bidang ini.”

“Adapun dukungan pendanaannya bisa memanfaatkan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), sebagai upaya menyukseskan pengembangan produk farmasi berbasis minyak sawit di Indonesia,” tutur Mahdi.

Sementara Dr. Arif Havas Oegroseno, Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, sangat membenarkan perkataan Tungkot Sipayung, bahwa kelapa sawit perusak lingkungan, adalah black campaign yang dilancarkan sejumlah negara di kawasan Eropa, lantaran produk minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang mereka hasilkan, terancam minyak sawit.

“Sungguh ini merupakan suatu tantangan yang harus di-counter dengan data dan fakta hasil kajian empiris,” kata Oegroseno.

Bermodalkan data dan fakta ini, kita “banjiri” negara negara di kawasan Uni Eropa dan belahan dunia lainnya, dengan informasi tersebut.

“Ini penting dilakukan, walau minyak sawit memiliki banyak keunggulan, termasuk untuk kesehatann tubuh manusia, namun dalam merebut pasar kita selalu didiskriminasi,” pungkasnya. (*)