Pemanasan Global Tembus 2° Celsius, PLTA Perlu Waspada

Pertimbangan Supply Chain

Rektor Institut Teknologi PLN Iwa Garniwa menggarisbawahi perlunya pertimbangan supply chain dan keekonomian dalam integrasi berbagai alterternatif pembangkit listrik berbasis energi bersih.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Polusi Tuntut Politik Hijau

Dalam agenda transisi energi Indonesia, hydropower menjadi salah satu alternatif yang dikembangkan di Indonesia sesuai dokumen Long Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) selain dari sumber energi angin, surya, biomassa, dan panas bumi maupun potensi sumber lainnya.

Salah satu PLTA yang telah lama dibangun, seperti PLTA Wonogiri sempat terganggu operasinya karena dampak El Nino yang melanda Indonesia.

“Oleh sebab itu, pembangunan PLTA sebagai bentuk mitigasi emisi gas rumah kaca, juga pada saat yang bersamaan perlu beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang sudah dan akan terjadi, khususnya pada saat cuaca ekstrem kering,” kata Mahawan Karuniasa.

“Sebagai contoh, PLTA Batang Toru yang saat ini sedang dibangun dengan beban puncak 510 MW.”

Baca juga: Koalisi Keadilan Iklim Ajukan Mitigasi Perubahan Iklim pada Presiden Jokowi

“Dilihat dari desainnya memiliki kelebihan dalam aspek kelestarian ekosistem hutan, namun perlu beradaptasi terhadap cuaca ekstrem kering, untuk menjaga ekosistem sungai tetap terjaga karena sebagian airnya diarahkan melewati waterway bawah tanah untuk digunakan PLTA.”

“Energi bersih dibutuhkan, termasuk PLTA, namun perlu beradaptasi dengan perubahan iklim dan menjaga kelestarian ekosistem di sekitarnya,” pungkas Mahawan Karuniasa. (*)