Stakeholders Sawit Kumpul Di Bali

icope Denpasar 2018

TROPIS.CO-JAKARTA-– Para pemangku kepentingan industri Kelapa Sawit akan berkumpul di Bali dalam International Conference on Oil Palm and Enviropment (ICOPE 2018). Konferensi tersebut untuk mencari solusi peningkatkan produksi kelapa sawit berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan sains dan teknologi.

ICOPE 2018 akan digelar di The Westin Resort, Nusa Dua Bali 25-27 April  dengan tema “Menuju Industri KelapaSawit Berkelanjutan: Solusi untuk Produksi Lokal dan Perubahan Global”. Even ini diselenggarakan oleh tiga organisasi dengan latar belakang industri yang berbeda, yaitu WWF Indonesia, CIRAD dan Sinar Mas Agribusiness and Food.

Sebelumnya konferensi semacam ini sudah sukses dilakukan  dari tahun 2007 hingga 2016 lalu. Konferensi ini juga akan menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta Menteri Agraria dan Tata Ruang

“Konferensi ICOPE keenam akan membahas topik soal teknologi dengan tingkat akurasi yang tinggi untuk mencapai praktek keberlanjutan agar selaras dengan produksi dan konservasi,” kata Chairman ICOPE 2018, J.P Caliman, akhir pekan lalu.

Ia mencontohkan kontribusi penggunaan drone, pengggunaan kecerdasan buatan, integrasi lanskap, restorasi fungsi ekosistem, perbaikan dan penggunaan jejak karbon dan jejak air, semua diarahkan untuk keberlangsungan pada industri tersebut.

“Ujungnya satu, agar industri kelapa sawit ini bisa berproduksi dengan maksimal dalam menjalankan konservasinya, sekaligus menetapkan tolok ukur industri secara keseluruhan,” katanya.

Aplukasi teknologi tambah Caliman, merupakan keharusan, sehingga pihaknya menggandeng lembaga riset, LSM lingkungan dan sosial, WWF, pekebun, pengolah pabrik serta lembaga pemerintah, agar satu visi untuk tingkat keberlanjutan yang tinggi sehubungan dengan konservasi dan produski.

WWF yang juga menjadi penyelenggara konferensi itu mengatakan bahwa ICOPE akan menjadi sebuah ajang yang powerfull, karena semua pemangku kepentingan terlibat untuk membicarakan solusi.

“Sekarang bukan saatnya untuk bicara soal larangan, tapi sebaiknya duduk bersama dan mencari solusi sehingga menghasilkan argumen yang teruji,” kata Aditya Bayunanda Director Policy, Sustainability and Transformation WWF Indonesia.

“Kita tidak bisa melihat industri kelapa sawit ini secara negatif saja, namun harus kita proteksi. Karena sejujurnya bahwa impactnya positif, karena kelapa sawit ini juga mengatasi kemiskinan. Ini momentum untuk menjawab semua tuduhan miring dan mencari solusinya,” tambah Aditya.

Dia juga menambahkan, dengan bergabungnya WWF,  bukan berarti ‘WWF terbeli’, “Kami tetap akan kritis, kami justru mendorong tersedianya plaform inovasi sehingga keberlanjutannya sawit ramah lingkungan ini bisa terjadi,” tambahnya.

Sedangkan President Director PT SMART Tbk, Daud Dharsono mengatakan bahwa ICOPE akan memberikan kepada stakeholder solusi bersama yang berkelanjutan.“Konferensi ini amat penting, sehingga industri ini nantinya bisa berkelanjutan,” katanya.

Ia kemudian memberikan contah bagaimana pemanfaatan burung hantu di lahan sawit untuk mengendalikan tikus.

Pembicara konferensi tahun ini berasal dari berbagai belahan dunia, seperti Amerika, Swiss, Nigeria, Malaysia, Finlandia, Austria, Inggris, Denmark, Columbia, Belanda dan Taiwan. Beberapa nama yang akan mengisi konferensi ini diantaranya adalah; Pascale Bonzom (UNDP Panama), Lenaic Pardon (Perancis), Dato Makhdhir Mardan (CPOC Malaysia), James Fry (LMC Internatioonal), Michael Bucki (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia), Andreas Feig (ISCC), Tiur Rumondang (RSPO Indonesia) dan masih banyak lagi.