Hanya sosok kepemimpinan berjiwa transglobal yang mampu mengubah potensi konflik menjadi peluang kerjasama mutiusaha. Di kawasan wilayah pembangunan Ekoregional Jawa, tipe sosok yang demikian sangat dibutuhkan, mengingat sangat kompeksnya persoalannya. Perlu keintegrasian yang kuat dalam membangun Jawa bebasiskan lingkungan hidup dan kehutanan. Bambang Hendroyono.
TROPIS.CO- JOGJAKARTA, Dalam dua kesempatan yang berbeda. Bambang Hendroyono atau Bahen, memaparkan panjang eksistensi kepemimpinan transglobal dalam strategi pembangunan yang berkelanjutan. Di Jogkarta, di hadapan para pejabat pemerintah daerah dari berbagai provinsi dan kementerian, dalam rapat kerja Ekoregion Jawa.
Kemudian, Sabtu kemarin di Bogor, di hadapan puluhan mahasiswa, para dosen dan sejumlah guu besar IPB University. Di Bogor, dalam agenda Studium Generale yang diselenggarakan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPBmenyambut 60 tahun IPB University.
Bahen menyebut ciri dari seseorang berjiwa kepemimpinan transglobal, andai memiliki enam elemen kecerdasan. Dan ini; kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, inteligensia global, bisnis dan sosial budaya.
Lalu jiwa kepemimpinan seperti ini, menurut dia, dibentuk oleh ketahanan dalam menghadapi ketiakpastian, terciptanya konektivitas tim yang solid, fleksibilitas pragmatis, responsivitas perspektif dan orientasi bakat. “Nah, 5 karekter ini yang akan menciptakan kepemimpinan transglobal,”katanya.
Eksistensi dari kepemimpinan transglobal ini, akan sangat penting, dalam upaya pemulihan hutan dan lingkungan hidup berbasis landscape. Terlebih di wilayah ekoregion Jawa sebagai basis pembangunan. Bahwa dalam pengelolaan hutan Jawa, harus terjalin intraksi antara suatu wilayah dengan wilayah sekitarnya, dalam suatu landscape sustainable forest management.
Dengan kepemimpinan,lanjutnya lagi, transglobal akan mampu memahami peta kompleksitas persoalan dan proyeksi dampaknya. Bahkan, juga merumuskan solusi, hingga mampu menguba potensi konflik menjadi peluang kerjasama multiusaha. yang dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan atau Green Economy,” katanya.
Pengelolaan Sumberdaya alam dan lingkungan hidup, berdasarkan Kepemimpinan Transglobal harus dapat mendayagunakan berbagai instrumen lingkungan hidup dan kehutanan. Terutama dalam mengendalikan berbagai kebijakan, rencana, program dan aktivitas kegiatan pembangunan di wilayah ekoregion terestrial (landscape). Dan juga, di wilayah ekoregion laut (seascape) secara terintegrasi, hingga terwujdnya keberlanjutan landscape and seascape.
Dengan demikian berbagai aktivitas kegiatan ekonomi, yang berada di dalam dan di sekitar hutan, kata Bahen, akan dapat mempengaruhi kelestarian ekosistem hutan. “Kelestarian ekosistem hutan juga dapat mempengaruhi keberlanjutan wilayah di sekitar hutan yang berada dalam suatu landscape.”
Jawa sebagai tumpuan akselari percepatan pembangunan ekonomi nasional, disebutnya memiliki tantangan tersendiri. Karenanya, dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, Ekoregion Jawa harus dapat memastikan bahwa akselerasi pembangunan ekonomi tersebut harus dilakukan dengan tetap menjaga dua pilar penting keberlanjutan landscape-seascape sustainability.
Pilar pertama yang disampaikan Bahen, keberlanjutan proses, fungsi dan produktivitas lingkungan hidup yang diindikasikan dengan status dan kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup terkait dengan udara/atmostfer, lahan, air, laut dan kehati. Kemudian, pilar kedua, keselamatan, mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Terkait dengan itu, maka unit pelaksana teknis di daerah yang berfungsi untuk mengawal keberlangsungan lingkungan hidup dan kehutanan di tingkat tapak menjadi sangat vital.
Kepala P3E Jawa Abdul Muin menjelaskan, bahwa tujuan Raker Ekoregion Jawa Tahun 2023 yaitu untuk menyusun kerangka implementasi berorientasi tapak melalui perencanaan dan pelaksanaan pembangunan LHK yang terintegrasi. Kemudian, penguatan peran koordinasi antar pemangku kepentingan.
Tidak hanya itu, dalam Raker yang dihadiri oleh peserta dari Eselon II Pusat KLHK, Kepala Badan dan Dinas Provinsi yang membidangi Perencanaan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta seluruh Kepala UPT KLHK di Pulau Jawa itu, juga diselenggarakan coaching clinic terkait isu atau permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan di daerah dan program strategis LHK.