CEO Oceana Desak Masyarakat Dunia Peduli Kelestarian Laut

Chief Executive Officer (CEO) Oceana, Andrew Sharpless berharap semua masyarakat dunia peduli dengan lingkungan laut. Foto : Oceana
Chief Executive Officer (CEO) Oceana, Andrew Sharpless berharap semua masyarakat dunia peduli dengan lingkungan laut. Foto : Oceana

TROPIS.CO, NUSA DUA – Chief Executive Officer (CEO) Oceana, Andrew Sharpless, mendorong semua negara di dunia untuk menjaga lingkungan laut, termasuk juga aktivitas penangkapan ikan.

“Kami berharap semua masyarakat dunia peduli dengan lingkungan laut. Sebab laut sumber semua kehidupan, salah satunya dalam memenuhi kebutuhan ikan bagi warga,” ucap Andrew dalam diskusi kelautan dalam rangkaian Our Ocean Conference 2018 di Nusa Dua, Bali, Minggu (28/10/2018).

Ia menyatakan bahwa pihaknya mengembangkan dan meluncurkan Global Fishing Watch, sebuah platform online yang memungkinkan masyarakat menyaksikan penangkapan ikan komersial berskala global untuk pertama kalinya secara gratis dengan menjalin kemitraan bersama SkyTruth dan Google.

“Penggunaan Fishing Watch juga telah dilakukan di Indonesia. Saat ini negara Peru juga menerapkan sistem tersebut dalam upaya mengawasi dan melihat penangkapan ikan secara benar dilakukan para pengusaha penangkapan ikan, termasuk masyarakat itu sendiri,” ujar pria yang akrab disapa Andy itu.

Menurutnya, dengan penerapan sistem tersebut, maka otoritas yang menangani kelautan dapat secara langsung mengawasi atau mengontrol terjadinya penangkapan ikan yang dilakukan perusahaan bersangkutan.

“Dengan menggunakan sistem Global Fishing Watch, maka keberadaan ikan tangkapan bisa diprediksi.”

“Termasuk juga para perusahaan penangkap ikan menggunakan peralatan secara benar, termasuk menyeleksi ikan-ikan yang akan ditangkap tersebut,” ungkap Andrew.

Dengan sistem tersebut, ungkapnya, maka pergerakan ikan dapat dipantau pada perairan laut.

Dan komitmen yang dibangun dalam Ocean adalah melakukan kampanye kepada masyarakat dunia agar menjaga lingkungan laut, yang dilakukan mulai dari masyarakat pengunungan dan perkotaan.

“Saat ini pencemaran laut berasal dari daratan. Salah satunya penggunaan kemasan plastik, sehingga sampah tersebut nantinya akan terbuang ke tempat akhir adalah laut,” papar Andrew lagi.

Hal senada juga disampaikan Chief Policy Officer Oceana, Jacqueline Savitz, yang menyatakan bahwa yang terjadi di laut adalah tumpukan sampah plastik yang mengotori habitat laut di dunia.

“Karena semua sampah plastik sangat sulit terurai, bahkan memerlukan waktu 500 tahun 1000 tahun.”

“Ini yang terjadi sekarang di lautan. Karena itu kami mengajak perusahaan plastik untuk bersama-sama mencarikan solusi terkait limbah sampah plastik ini agar tidak sampai mencemari lingkungan laut,” ujarnya.

Oleh sebab itu, dalam kegiatan Our Ocean Conference kali ini melibatkan dari berbagai kalangan, pejabat pemerintah, swasta, akademisi dan penggiat lingkungan.

“Tujuan terpenting adalah komitmen untuk mencarikan jalan keluar agar sampah plastik dapat diatasi, salah satunya mendaur ulang sehingga menekan angka pencemaran dari berbahan plastik itu,” pungkas Jacqueline . (*)