Ditopang Adanya Penanaman Baru, Luasan Deforestasi Kian Stabil.

Dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, terkait dengan perkembangan deforestasi dan reforestasi,Plt Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Ruanda Agung Sugardiman, sevara netto deforestasi selama kurun 2021 - 2022, turun sekitar 8,4 persen. Saat itu Ruanda didampingi Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Belinda A. Margono. dan Kepala Biro Humas, Nunu Nugraha.

TROPIS.CO –  JAKARTA, Masifnya program penanaman  yang dilakukan  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui rehabilitasi  hutan dan lahan dan  pendekatan perhutanan sosial, telah mampu menekan luasan deforestasi dalam masa dua tahun  terakhir.

Pada  priode 2021 – 2022, telah terjadi deforestasi  seluas 119,4  ribu hektar.  Luasan ini mengalami penurunan yang cukup signifikan ketimbang priode 2020 – 2021 yang masih mencapai, mendekati  140 ribu hektar.  Namun dengan adanya penanaman baru yang  dalam dua  tahun terakhir mencapai 15,4 ribu hektar, maka dalam hitungan luas, bahwa deforestasi netto hanya sekitar  104 ribu  hektar.

“Artinya di balik deforestasi ada juga reforestasi, luasannya  mendekati  15,4 ribu hektar,  atau sekitar 8,4 persen,”kata  Ruanda Agung  Sugardiman, dalam keterangan persnya  di Jakarta, Senin (26/06).

Kata  Plt Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan,Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu,  bila  dilihat trennya, berdasarkan data sebelumnya , maka  deforestasi  tahun ini,  relatif rendah dan cenderung stabil.

“Nah, ini harus kita akui bahwa  berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang signifikan,” katanya.

Sementara itu, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen PKTL Belinda A. Margono, saat mendampingi  PLt Dirjen Planalogi Kehutanan  dan Tata Lingkungan itu,  menjelaskan angka deforestasi Indonesia tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu hektar itu,  berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119,4 ribu hektar setelah dikurangi reforestasi sebesar 15,4 ribu ha.

Walau diakui Ruanda, bahwa  kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya. Perubahan tutupan hutan terjadi dari waktu ke waktu, diantaranya karena konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, perambahan dan kebakaran hutan maupun kegiatan rehabilitasi hutan.

Namun di  balik itu, juga ada penanaman baik yang dilancarkan pemerintah melalui program rehabilitasi hutan dan lahan, maupun oleh masyarakat secara swadaya, termasuk di dalamnya, kegiatan penanaman  yang dilakukan masyarakat yang tergabung dalam kelompok perhutanan sosial.

Sebab, lanjut  Ruanda,  sembari mereka  memanfaatkan potensi hutan bukan kayu, tapi mereka  juga menanam  tanaman hutan dan tanaman produkif yang mampu menciptakan tutupan kawasan hutan baru.   “Untuk mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan baik berhutan maupun tidak berhutan, kami melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun,” lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Ditjen PKTL Belinda A. Margono, saat mendampingi  PLt Dirjen Planalogi Kehutanan  dan Tata Lingkungan itu,  menjelaskan angka deforestasi Indonesia tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu hektar itu,  berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 119,4 ribu hektar setelah dikurangi reforestasi sebesar 15,4 ribu ha.

Sebagai pembanding, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 139,1 ribu ha dikurangi reforestasi sebesar 25,6 ribu ha.

Luas deforestasi bruto tahun 2021-2022 tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 106,4 ribu ha (89,1%), di mana 70,9% atau 75,4 ribu ha berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 31,0 ribu ha atau 29,1% berada di luar kawasan hutan.

Bersifat dinamis.

Lebih lanjut, Ruandha mengungkapkan kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya. Perubahan tutupan hutan terjadi dari waktu ke waktu, diantaranya karena konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, perambahan dan kebakaran hutan maupun kegiatan rehabilitasi hutan.

“Untuk mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan baik berhutan maupun tidak berhutan, kami melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun,” katanya.

Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta hektar, baik di dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan, dan berdasarkan pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dalam program Kebijakan Satu Peta (KSP).

Pemantauan ini dilakukan menggunakan data utama citra satelit landsat yang disediakan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR-PA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan diidentifikasi secara visual oleh tenaga teknis penafsir KLHK yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2022 menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 96,0 juta ha atau 51,2 % dari total daratan, dimana 92,0 % dari total luas berhutan atau 88,3 juta ha berada di dalam kawasan hutan.