GAPKI: Faktor-Faktor Penghambat Produksi Minyak Sawit Harus Diatasi

Konsumsi Terus Meningkat

Di sisi lain, Joko juga menyampaikan data bahwa konsumsi dalam negeri tahun 2022 secara total mencapai 20,968 juta ton, lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 18,422 juta ton.

Konsumsi didominasi untuk industri pangan sebesar 9,941 juta ton yang lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 8,954 juta ton dan lebih tinggi dari 2019 sebelum pandemi sebesar 9,860 juta ton.

Baca juga: Musdhalifah: Industri Sawit Dapat Mendukung Target Penurunan Emisi

“Konsumsi untuk industri oleokimia mencapai 2,185 juta ton yang hanya 2,8 persen sedikit lebih tinggi tahun 2021 sebesar 2,126 juta ton dan jauh lebih rendah dari kenaikan konsumsi 2019-2020 sebesar 25,4 persen dan 2018-2019 sebesar 60 persen yang diduga berhubungan dengan situasi pandemi Covid-19.”

“Konsumsi untuk biodiesel 2022 mencapai 8,842 juta ton yang lebih tinggi dari konsumsi 2021 sebesar 7,342 juta ton,” tuturnya.

Ekspor 2022 sebesar 30,803 juta ton lebih rendah dari tahun 2021 sebesar 33,674 juta ton, dan merupakan tahun keempat berturut-turut dimana ekspor turun dari tahun ke tahun.

Nilai ekspor tahun 2022 mencapai US$39,28 miliar (CPO, olahan dan turunannya), lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar US$35,5 miliar.

Baca juga: Mahendra: Indonesia Harus Perkuat Kampanye Positif Sawit dan Batu Bara

Ini terjadi karena memang harga produk sawit tahun 2022 relatif lebih tinggi dari harga tahun 2021.

Ada 10 negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia berturut-turut adalah Tiongkok, India, Amerika Serikat (AS), Pakistan, Malaysia, Belanda, Bangladesh, Mesir, Rusia dan Italia.

Peringkat AS naik dari peringkat lima pada tahun 2020 menjadi peringkat 3 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada tahun 2022.

Dengan pencapaian produksi, konsumsi dalam negeri dan ekspor seperti disampaikan di atas, stok minyak sawit di dalam negeri diperkirakan mencapai 3,658 juta ton.

Baca juga: Tantangan Perkebunan Sawit Rakyat dan Rilis Buku Panduan Sawit: Perkebunan Sawit Rakyat

“Kondisi yang mempengaruhi industri sawit sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih akan mempengaruhi kinerja sawit tahun 2023.”

“Produksi diperkirakan masih belum akan meningkat, sementara konsumsi dalam negeri diperkirakan akan meningkat akibat penerapan kewajiban B35 mulai 1 Februari 2023,” pungkas Joko. (*)