Kontribusi Nyata Penerapan Ekonomi  Sirkuler Dalam Pengelolaan Sampah

Rosa Vivin, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, kontribusi ekonomi sirkuler kian nyata dalam menggerakan ekonomi masyarakat, bahkan ekonomi nasional

TROPIS.CO -JAKARTA, Penerapan ekonomi sirkular di dalam pengelolaan sampah telah memberikan kontribusi nyata dalam menggerakan dan menumbuhkan ekonomi masyarakat, bahkan ekonomi nasional.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun, Rosa Vivin Ratnawati, mengatakan itu dalam  refleksi akhir tahun  yang berlangsung di Jakarta, Rabu (22/12), sembari menyebut peran ekonomi sirkular di dalam system pengumpulan sampah  yang dilakukan sejumlah Bank Sampah, dalam kurun dua  tahun terakhir.

Sistem pengumpulan sampah plastic, kata Rosa Vivin, telah memberikan kontribusi nyata dalam menggerakan dan menumbuhkan ekonomi masyarakat.  Dalam 2019 – 2020 saja,  kontribusiya,tidak kurang  dari Rp 1 triliun. Dan nilai sebesar ini diperoleh melalui  Bank Sampah, TPS 3R, TPST, PDU, sektor informat (pemulung/pelapak), dan social enterpreneur, dengan asumsi harga 1 kg plastik sebesar Rp. 2.400/kg.

“Sementara, dari pengumpulan sampah kertas, memberikan kontribusi terhadap sirkular ekonomi lebih kurang Rp. 7,3 T dengan asumsi harga 1 kg kertas Rp. 3.500/kg,”kata Rosa Vivin lagi, dan sembari menyakinkan bahwa potensi peningkatan kontribusi ekonomi sirkular ini masih sangat besar, dan kini potensi itu belum tergarap optimal.

Dengan menyebut, potensi timbulan sampah nasional mencapai 100 ribu ton perhari, dan ini berupa sampah organik yang memang sangat menjanjikan dalam perolehan nilai ekonomi tinggi, bila dikembangkan  dengan menggunakan  metode Black Soldier Fly atau  BSF.

Pengaplikasikan metode ini,  mampu menghasilkan  maggot, dengan potensi sampah terkelola 15 ribu ton/hari, hingga memberikan potensi nilai ekonomi per hari sekitar Rp. 225 – 300 M. Selain maggot, juga menghasilkan pupuk cair dengan potensi sampah terkelola 30 ribu ton/hari dengan  potensi nilai ekonomi  sekitar Rp. 15 M perhari.

“Sirkular ekonomi juga menumbuhkan social preneur dalam pengelolaan sampah,”kata Rosa Vivin.. Dan saat ini lanjutnya,  ada 28 social preneur, mereka sebagian besar anak muda,  dan mampu membuat aplikasi untuk menjemput sampah terpilah dari rumah, dan mereka membeli  sampah  tersebut,” tutur Vivien.

Tingginya kontribusi yang dimainkan ekonomi sirkuler, tentu tak lepas dari  peran yang dimainkan  pemerintah, dalam membantu fasilitasi sarana dan pengelolaan sampah yang mendukung ekonomi sirkular. Sebagai contoh, KLHK membangun Pusat Daur Ulang (PDU) di Kota Metro Lampung, dengan kapasitas terpasang 3.600 ton/tahun.

“Fasilitas ini memberikan potensi nilai ekonomi sekitar Rp. 5,7 Milyar per tahun dari sampah daur ulang dan sampah organik. Tempat ini juga dapat berfungsi sebagai lokasi eduwisata,”jelas Rosa Vivin lagi.

Berikutnya, nilai ekonomi sirkular diperoleh dari fasilitasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Misalnya, pembangunan instalasi Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo Surabaya. Dengan nilai investasi Rp. 2,5 T dan kapasitas pengolahan sampah 1.000 ton/hari, fasilitas ini mempunyai potensi listrik 10 MW dan potensi pendapatan total Rp. 260 Milyar/tahun.

Ada juga nilai ekonomi sirkular dari Refuse Derived Fuel (RDF) di Cilacap, dengan nilai investasi Rp. 85 M, dan kapasitas pengolahan sampah 200 ton/hari, memberikan potensi nilai ekonomi Rp. 10,95 M/tahun.

Berkaitan dengan  indeks kinerja pengelolaan sampah, memang diakui Rosa Vivin Ratnawati, hingga saat ini masih kurang, bahkan hingga saat ini,  tercatat baru 8 Kabupaten dan Kota yang termasuk kategori baik.  Masih sangat rendahnya indeks kinerja ini,  walau bagi  daerah  pengelolaan sampah masuk kewenangan  konkuren wajib, tapi oleh pemerintah setempat,  dianggap bukan pelayanan dasar.

Capaian kinerja ekonomi sirkular sektor limbah B3 dan non B3, dapat dilihat dari jumlah penerbitan persetujuan teknis (Pertek) dan Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO) tahun 2021 kepada penghasil dan jasa pengelola limbah B3. Dari 175 penerbitan Pertek dan SLO Tahun 2021, KLHK telah mendorong Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai sumber daya sebanyak 90 (51%).

Pada aspek implementasi pemanfaatan limbah B3, KLHK memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku usaha/kegiatan dan membangun sarana prasarana. KLHK membangun fasilitas pemanfaatan oli bekas menjadi sumber energi alternatif di Kota Banjarbaru Kalsel, Kabupaten Banyuasin Sumsel, dan Kabupaten Kubu Raya Kalbar.

Kemudian, nilai ekonomi bruto dari pemanfaatan limbah B3 dan non B3 tahun 2021 dari manufaktur, agroindustri, pertambangan energi dan migas, serta prasarana mencapai Rp. 21 T. Angka ini diperoleh dari 8.935 perusahaan yang melaporan kegiatannya melalui aplikasi SIRAJA. Sementara, total nilai ekonomi yang ditimbulkan dari pemanfaatan Limbah B3 dan tanah terkontaminasi Limbah B3 yaitu Rp. 32 M.

Terus berkurang.

Rosa Vivin mengatakan, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengurangan sampah, memang telah memberikan gambaran hasil  positif.  Walau  tahun 2020, ditargetkan bisa dikurangi 22%  dari timbulan sampah sekitar 67,8 juta  ton/tahun, namun tingkat capaiannya masih di atas tahun tahun sebelumnya, yakni sekitar 14,17%.

Tahun lalu, 2019,  tingkat capaian pengurangan timbulan sampah, mencapai 13,27%.  Dan pengurangan ini,  jauh lebih tinggi ketimbang  tahun tahun sebelumnya,  yang hanya dalam kisaran 1,7% hingga 2,7%.

“Kian meningkatnya  pengurangan  timbulan sampah ini lebih dikarenakan, kian masifnya pemilahan, daur ulang, dan Bank Sampah di seluruh Indonesia,” ungkap Vivien.

Dan inipun, lanjutnya, juga tak lepas dari  dukungan sistem informasi sangatlah dibutuhkan dalam penerapan ekonomi sirkular pengelolaan sampah, limbah B3 dan limbah non B3. Saat ini, tersedia Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Sistem Informasi Manajemen Bank Sampah (SIMBA.ID), Aplikasi Pelaporan Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 – SIRAJA, Aplikasi Manifest Elektonik Limbah B3 FESTRONIK, dan aplikasi SILACAK.

“Kami terbuka untuk semua pihak, bekerjasama meningkatkan sirkular ekonomi, sehingga sampah dan limbah tidak menjadi beban lingkungan, tetapi menjadi sumber daya dan bahan baku,” ujar Vivien menutup paparannya.

Pemerintah gencar menerapkan ekonomi sirkular dalam Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu implementasinya yaitu dengan mendorong sampah dan limbah B3 didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi sumber daya proses produksi, baik bahan baku atau energi.

Sistem ekonomi sirkular dipandang lebih berkelanjutan karena dapat mengurangi beban lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Selain lebih ramah lingkungan, sirkular ekonomi juga mampu memberikan nilai tambah ekonomi, menyediakan lapangan kerja, berkontribusi pada pembangunan, sekaligus upaya mengatasi perubahan iklim.

Capaian kinerja ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah meliputi bagian hulu, dan bagian hilir, serta di tingkat komunitas, wilayah, hingga nasional. Sementara, capaian kinerja ekonomi sirkular dalam pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 meliputi beberapa aspek yaitu pelayanan perizinan, implementasi pemanfaatan limbah B3, pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3, dan pemanfaatan limbah non B3.

Di sektor hulu, penerapan ekonomi sirkular dilakukan melalui pengurangan sampah oleh produsen. Jenis produsennya meliputi manufaktur, ritel, serta jasa makanan dan minuman. Target pengurangan sampah oleh produsen sebesar 30% pada akhir tahun 2029.

“Yang menjadi perhatian pengelolaan sampah di sektor hulu ada dua yaitu pertama kita sebagai individu dan bagian masyarakat, dimana sekarang bukan zamannya lagi ungkapan jangan membuang sampah sembarangan, tetapi mari kita pilah sampah dari rumah. Kedua, para produsen pun didorong untuk menghasilkan kemasan/produk tidak sekali pakai. Mereka juga berkewajiban untuk membatasi timbulan, pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali,” kata Vivien.

Hadir sebagai pembahas dalam acara refleksi ini Bupati Banyumas Achmad Husein, Direktur Bank Sampah Bersinar Fei Febri, Sekjen Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) Annisa Paramita, General Manager UBPE Pongkor PT. ANTAM Muhidin, dan CEO PT. Wastec International Denis Simon.