Anggaran Diciutkan Karhutla Meningkat

TROPIS.CO – JAKARTA, Disaat kebakaran hutan dan lahan telah menjadi isu global dan tim Karhutlah telah mampu menekan luasan areal terbakar, kini ada kesan pemerintah mulai abai dan kurang memberikan perhatian serius dalam pengalokasian anggaran untuk mencegah karhutla.

Akibatnya pada tahun ini, areal kawasan hutan dan lahan yang terbakar meningkat cukup signifikan, 56, 280 ribu hektar lebih, atau mendekati 16%, ketimbang tahun sebelumnya, seluas 296,942 hektar.

Sementara tahun ini, seperti yang dipaparkan Dirjen Pengendalian dan Perubahan Iklim, Laksmi Dewanti dalam refleksi akhir tahun, di Jakarta, Kamis (23/12), ada seluas 353. 222 hektar, dengan rincian, lahan mineral 328.361 hektar dan gambut seluas 24.861 hektar.

Peningkatan areal hutan dan lahan yang tingkat kebakarannya sangat signifikan terdapat di NTT dan NTB, masing masing seluas 100,958 ribu hektar dan 137,297 ribu hektar. Padahal tahun lalu,  di NTT,  areal yang terbakar hanya sekitar 29, 157 ribu hektar. Sedangkan NTB seluas 114, 719 ribu hektar.

Laksmi tidak menjelaskan rinci penyebab dari lonjakan karhutla ini. Dia hanya menyebut, bahwa areal yang terbakar itu berupa, savanna dan padang rumput, semak belukar, serta areal pertanian lahan kering.

Namun demikian, disaat sesi tanya jawab, mantan Direktur Karhutla Kementerian LHK dan kini sebagai pengajar di pusat pendidikan dan latihan Kementerian LHK, Rafles, memperkirakan penyebab adanya peningkatan luasan karhutla di NTT dan NTB, lambannya pencegahan dan penanggulangan dan ini lebih dipengaruhi keterbatasan anggaran pencegahan karhutla.

Rafles sempat menyebut, bila sebelumnya, alokasi anggaran di Direktorat Karhutla itu kurang lebih Rp 100 miliaran, tapi dalam beberapa tahun terakhir hanya sekitar Rp 38 miliar. Dan Rafles meyakini bahwa dana yang dialokasikan ini, kurang memadai untuk mencegah karhutla di beberapa daerah, termasuk di NTT dan NTB.

Karenanya, Rafles mengharapkan agar alokasi anggaran karhutla menjadi perhatian bersama, agar tidak menghambat gerak di lapangan yang memang setiap gerakan membutuhkan dana.

Usulan Rafles memang direspon positif0 oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dewanti. Dengan kalimat  singkat, Laksmi merespon ” Setuju”

Di luar gelanggang acara refleksi,  pengamat lingkungan dan kehutan,  Petrus Gunarso, sepakat bahwa alokasi anggaran karhutla harus menjadi prioritas. Pemerintah diminta tidak abai, dan baru mengalokasi anggaran setelah peristiwa karhutla terjadi. Sejatinya pemerintah tidak abai, dengan menciutkan alokasi anggaran karhutla, hanya dengan asumsi bahwa karhutla sudah bisa diatasi.

Gambut.
Harus diakui, upaya dan kerja keras tim pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang dimotori Direktorat Kebakaran hutan dan lahan Kementerian LHK, telah membuahkan hasil optimal. Namun demikian semangat yang sudah berkorbar, tanpa pamrih itu, hendaknya jangan dilemahkan dengan keterbatasan anggaran.

Terlebih dalam upaya antisipasi kemungkinan tibanya musim kemarau tahun depan, sehingga sejak sekarang sudah harus diantisipasi dengan kegiatan lapangan.

Dalam 2 tahun terakhir, tingkat kebakaran di lahan gambut, dari data yang dipaparkan, mengindikasi berbagai program pencegahan dengan menjaga kawasan gambut selalu basa, dengan tingkat permukaan air tanah, minimal 0 4 m, sudah berjalan baik.

Namun demikian, tindakan antisipasi mutlak dilakukan, mengingat di sejumlah daerah yang menjadi sentral gambut, seperti Jambi, Riau dan Kepulauan Riau, ada indikasi, areal gambut yang terbakar bertambah.

Sebut saja misalnya, Kepulauan Riau, tahun lalu, gambut yang terbakar hanya seluas 7 hektar, tapi tahun ini, mencapai 61 hektar. Walau untuk lahan mineral turun drastis, 8.798 hektar, tahun ini hanya 1527 hektar.

Begitu juga di Jambi, walau tidak luas, tapi areal gambut terbakar perlu mendapat perhatian. Bila tahun lalu  dari 1002 hektar areal yang terbakar, gambut hanya 7 hektar. Namun tahun ini, dari 459 hektar areal yang terbakar, 32 hektar diantaranya berupa lahan gambut.

Di Provinsi Riau, kendati karhutlanya turun tajam, dari 15.442 hektar menjadi 8.791 hektar, namun gambut yang terbakar masih relatif luas, tahun ini 8.015 hektar, walau turun ketimbang tahun sebelumnya, 11.587 hektar.