Sawit Kaya Gizi dan Bebas Trans Fat, Butuh Dukungan Pemerintah

Bebas Trans Fat

Purwiyatno menjelaskan bahwa minyak sawit mempunyai peluang untuk menjawab kebutuhan bebas trans fat (asam lemak).

WHO menetapkan larangan trans fat pada 2023 mendatang dan ini merupakan bagi peluang bagi minyak sawit untuk mengisi kebutuhan tersebut.

“Karena secara natural, minyak sawit itu trans fat free.”

“Untuk mencapai ini, WHO melakukan berbagai upaya lewat promosi dan menciptakan legislasi untuk menghindari lagi konsumsi trans fat,” tuturnya.

Dia menilai, kemampuan minyak sawit untuk dijadikan produk serba guna(versatile), bebas trans fat, dan kaya fitonutrien belum menjadi perhatian pemerintah untuk didukung melalui program dan kebijakan.

Sebagai contoh, para peneliti di Spanyol telah membuat konsensus bahwa tidak ada bukti mengaitkan konsumsi sawit dengan resiko kanker tinggi terhadap kematian manusia.

Potensi sawit sangat tinggi peluangnya untuk menyelesaikan masalah SDG’s Indonesia. Syaratnya menjamin keamanan pangan.

Ada program nasional bahwa minyak sawit di Indonesia mempunyai 3-MCPD dan GE rendah.

Lalu, perlu mendorong riset dengan dukungan konsensus pakar untuk menyusun status sawit sebagai kandungan makanan dan kesehatan.

Tujuannya menjadi referensi baik di dalam dan luar negeri

Tetapi, menurutnya, pemerintah Indonesia belum punya peta jalan (road map) untuk mengisi peluang tersebut.

Padahal, ada peluang keunggulan fitonutrien dalam minyak sawit.

”Belum ada rencana pengembangan ke arah tersebut, lalu vitamin A di dalam sawit tidak dioptimalkan maksimal.”

“Malahan, pemerintah membuat program fortifikasi lewat vitamin A sintetik.”

“Padahal, minyak sawit secara natural sudah kaya vitamin A,” ungkap Prof. Purwiyatno.