DamoGO Ajak Kaum Muda Aktif Kurangi Limbah Makanan

Masalah Serius di Indonesia

Di sisi lain, Alifah Fairuz memaparkan fakta yang ia rangkum dari Food and Agricultural Organization (FAO) yang memberikan gambaran kondisi terkait limbah makanan di Indonesia berdasarkan jumlah limbah makanan yang dihasilkan per orang nyatanya berbanding terbalik dengan masih tingginya indeks kelaparan yang terjadi di Indonesia.

“Isu limbah makanan ini sebetulnya merupakan masalah serius, namun di Indonesia
belum ada regulasi yang mengaturnya.”

“Kalau dari data, Indonesia menjadi penyumbang limbah makanan terbesar kedua di dunia dengan jumlah 300 kilogram per orang setiap tahun, namun di sisi lain berdasarkan indeks kelaparan global 2019, Indonesia menghadapi masalah kelaparan serius dengan angka 20,1, serta satu dari tiga balita (30,8 persen) di Indonesia mengalami stunting,” ungkap Alifah Fairuz.

Lantas Muhammad Farras menambahkan penjelasan terkait limbah makanan yang bisa
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu food loss dan food waste berdasarkan informasi dari FAO.

Ia juga memaparkan bagaimana bisnisnya berusaha untuk membantu Indonesia mengatasi food loss dan food waste.

Limbah makanan itu ada dua jenis, yakni food loss dan food waste.

Food loss itu bahan makanan yang terpaksa dibuang karena kualitas bahan makanan tidak sesuai keinginan pasar, kesalahan penyimpanan dan pengemasan, ataupun tingkat produksi yang tinggi namun kurang memiliki akses untuk dijual ke konsumen.

Food loss ini biasa terjadi di tingkat produsen, seperti yang terjadi di ranah pertanian, sedangkan food waste itu makanan siap makan yang layak konsumsi namun dibuang tanpa alasan ataupun karena mendekati masa kadaluwarsa.

Food waste seringkali terjadi di tingkat konsumen, seperti misalnya makanan di piring yang tidak dihabiskan dengan alasan tertentu kemudian harus terbuang sia-sia.

“Nah, DamoGO berusaha membantu menangani permasalahan limbah makanan dari dua sisi itu lewat aplikasi.”

“Untuk mengurangi Food Loss, DamoGO membantu menyalurkan kelebihan produksi dan produk yang tidak diterima oleh pasar atau retail dari petani langsung kepada bisnis kuliner.”

“Di ranah untuk mengurangi Food waste, DamoGO mengajak rekan bisnis kuliner yang memiliki produksi makanan berlebih dan belum sempat terjual di hari itu untuk dijual melalui aplikasi DamoGO dengan memberikan potongan harga bagi konsumen,” pungkas Muhammad Farras, CO-Founder DamoGO Indonesia.

Baca juga: Jaga Kualitas Lingkungan, 6.600 Pohon Ditanam di Sepanjang Koridor Tol Bakauheni-Terbanggi Besar-Kayu Agung

Setelah Webinar “Be Wise, Don’t Waste” berlangsung, hasil dari penjualan tiket Webinar didonasikan bersamaan dengan penyaluran bahan-bahan pangan dari DamoGO Indonesia kepada pihak FoodBank of Indonesia Cabang Yogyakarta.

Adapun penyaluran donasi dilakukan pada tanggal 22 Januari 2021 bertempat di pusat FOI Jogja, Mantrijeron MJ3/901 RT 50/RW 13.

Selanjutnya donasi bahan pangan ini akan didistribusikan ke empat titik dapur
umum FOI Jogja, yaitu Pawirodrajan, Serangan, Mantrijeron 1, dan Mantrijeron 2 dan dikelola oleh Relawan FOI Jogja menjadi makanan siap santap.

Kemudian makanan dibagikan kepada para lanjut usia dan anak-anak yang tinggal di bantaran Kali Winongo.

DamoGO merupakan sebuah startup di Yogyakarta di bawah entitas PT Solusi Cerdas Nusantara dalam bentuk aplikasi gratis yang memiliki misi untuk menyelesaikan masalah limbah makanan.

Aplikasi DamoGO membantu menyalurkan makanan berlebih dari warung makan, resto, café, bahkan retail,supermarket langsung kepada konsumen agar makanan tidak terbuang sia-sia.

Selain itu, DamoGO juga membantu petani dengan menyalurkan produksi bahan pangan (sayur, buah, telur, beras) yang berlebih maupun yang memiliki bentuk tidak sempurna atau tidak lolos standar pasar kepada bisnis kuliner ataupun konsumen. (*)