Perhutanan Sosial Gerakkan Ekonomi Petani Boyolali di Tengah Pandemi Covid-19

Manajemen Kelas Korporat

Menteri Siti mengungkapkan Presiden RI mempunyai cita-cita, meski usahanya dijalankan oleh rakyat, tetapi manajemen bisnisnya kelas korporat.

“KUPS ini nantinya merupakan kelompok usaha dengan manajemen kelas bisnis, jadi dalam penerapannya harus tertanam jiwa pebisnis,” katanya.

Selain manajemen yang baik, aspek lain yang perlu dikembangkan yaitu teknologi, melalui intervensi peralatan, dan pendampingan teknologi bibit unggul.

Selanjutnya, KUPS ini perlu didampingi dalam pemasaran, dan permodalannya.

“Kita akan bina dan berikan pendampingan menurut spesifikasi usahanya,” ucap Menteri Siti.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Bambang Supriyanto menyampaikan KTH Wono Lestari mengembangkan lima KUPS sebagai komoditas utamanya, yaitu kayu putih, jagung, bambu, ternak, dan minyak kayu putih.

Baca juga: Saat Pasar Global Lesu, Pasar Domestik Tetap Bergairah

Manfaat ekonomi telah dirasakan oleh Kelompok Tani IPHPS Wono Lestari dengan menjalankan komoditas utamanya yaitu produksi minyak kayu putih.

Kelompok ini telah memanen tanaman daun kayu putih seluas 60 hektare dengan hasil 98 ton daun kayu putih.

Dari hasil 98 ton daun kayu putih dapat diproduksi minyak kayu putih sebanyak 596 liter atau identik 554 kilogram.

Hasil produksi tersebut mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp157 juta per daur panen (tujuh hingga sembilan bulan).

“Hal ini menunjukkan bahwa Program Perhutanan Sosial mampu menumbuhkan geliat ekonomi masyarakat khususnya para petani hutan serta menopang pertumbuhan ekonomi lokal,” katanya.