Evaluasi Pelatihan, Sebuah Upaya Mendapat Umpan Balik untuk Perbaikan dan Keberlanjutan Program

Apakah sejumlah indikator keberhasilan tersebut telah dapat diwujudkan dan tujuan pelatihan telah dapat dicapai? Untuk memastikan proses belajar telah terjadi dan peserta telah dapat mencapai kompetensi yang diinginkan, maka dalam pelatihan dilakukan evaluasi terhadap peserta. Evaluasi terhadap peserta dapat diberikan dalam berbagai bentuk yaitu tes dan nontes.

Di setiap akhir pembelajaran hari kedua sampai hari ke empat, peserta diminta untuk mengikuti evaluasi pembelajaran secara online. Di dalam LMS telah tersedia soal-soal sesuai dengan Mata Pelatihan yang telah dipelajari secara mandiri dan telah dilakukan pendalaman melalui paparan, tanya jawab dan diskusi dengan bapak ibu tutor. Di dalam pelatihan ini para tutor memilih menggunakan evaluasi dalam bentuk tes obyektif yaitu soal-soal pilihan ganda.

Kata kerja operasional yang tercantum dalam indikator keberhasilan di kurikulum adalah “menjelaskan”. Kompetensi “menjelaskan “ tentu saja tidak cukup tergambarkan melalui kemampuan peserta menjawab soal dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda.

Kemampuan menjelaskan akan lebih tepat tergambarkan dengan memberikan tes non obyektif dalam bentuk soal isian, uraian singkat atau essay. Oleh karenanya dalam pelatihan ini peserta diminta menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dari modul untuk dituangkan dalam jurnal harian.

Dalam pelatihan Pendampingan Program Perhutanan Sosial Paska Ijin ini juga dilaksanakan evaluasi dalam bentuk non tes, yaitu peserta diminta membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL).

Inilah evaluasi Level 2: Learning (Belajar). Level ini mengukur apa saja yang telah dipelajari oleh para peserta. Pertanyaan yang penting diajukan adalah seberapa jauh mereka belajar, atau menangkap pengetahuan dan wawasan baru?

Di setiap mengawali Mata Pelatihan baru, bapak ibu widyaiswara selalu menjelaskan apa yang menjadi tujuan pembelajaran mata pelatihan tersebut. Contohnya MP 6: Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar.

Indikator keberhasilan yang ingin dicapai adalah: Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta mampu: 1. Menjelaskan Kerja sama PS; 2. Menjelaskan Akses Permodalan PS; dan 3. Menjelaskan Akses Pasar Komoditas dan Jasa PS.

Penyampaian ini penting agar peserta mengetahui akan kemana tujuan pembelajaran diarahkan, Dan peserta dapat bersiap untuk dievaluasi apakah kompetensi tersebut telah terbentuk atau belum. Evaluasi dapat dilakukan melalui penilaian perubahan pengetahuan, keterampilan, atau sikap dan perilaku peserta.

Sesuai dengan kurikulum, maka dalam pelatihan ini yang ingin dicapai masih di ranah kognitif yaitu pengetahuan. Bila mengikuti apa yang ada di Taksonomi Bloom ada 6 tingkatan pengetahuan yang dapat dicapai dari proses pembelajaran, yaitu: C1 Mengetahui, C2 Memahami, C3 Menerapkan, C4 Menganalisis, C5 Mengevaluasi dan C6 Membuat.

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat)