Guru Besar IPB Tegaskan Sawit Bukan Penyebab Deforestasi

Perkebunan kelapa sawit tidak menjadi penyebab deforestasi di Indonesia. Foto : Wisesa/TROPIS.CO
Perkebunan kelapa sawit tidak menjadi penyebab deforestasi di Indonesia. Foto : Wisesa/TROPIS.CO

TROPIS.CO, OSLO – Berpedoman pada sejarah degradasi lahan di Indonesia, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB),  Prof. Dr. Yanto Santosa, mengungkapkan bahwa konversi lahan perkebunan kelapa sawit bermula dari penanaman kelapa sawit pada lahan yang terlebih dahulu terdegradasi akibat kegiatan penebangan atau kebakaran hutan sehingga pembukaan perkebunan kelapa sawit bukanlah penyebab langsung deforestasi di Indonesia.

“Kegiatan konversi lahan demi kepentingan ekonomi dan keamanan pangan merupakan hal yang lumrah, terutama pada negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia,” kata Prof Yanto dalam Seminar Sawit Berkelanjutan di Oslo, Norwegia, Minggu (30/6/2019).

Bermula dari kesuksesan program transmigrasi konversi hutan mendorong peralihan fungsi hutan tropis menjadi lahan-lahan untuk tanaman pangan seperti padi.

“Pada tahun 1980an, pemerintah mendorong pelaku usaha kelapa sawit dan industri kayu untuk meningkat produktiftas lahan hutan terdegradasi,” kata Yanto dalam keterangan persnya.

Dalam seminar di Oslo tersebut, hadir juga Duta Besar RI di Norwegia dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesian (Gapki) Joko Supriyono.

Puncak deforestasi terjadi pada periode 1950-1985 dan 1985-2000 yaitu sebesar 42 juta hektare dan 16 juta hektare, sementara ekspansi lahan untuk kelapa sawit hanya 1 juta hektare, dan 3 juta hektare dalam periode yang sama.

Fakta menarik lainnya, konversi lahan perkebunan kelapa sawit hingga tahun 2010 yaitu sekitar 8 juta hektare, 5,5 juta hektare di antaranya berasal dari konversi lahan pertanian dan lahan terlantar.

Sementara, 2,6 juta hektare merupakan hasil dari konversi hutan produksi.

“Bukti sejarah lainnya yang menunjukkan bahwa kelapa sawit bukan penyebab langsung deforestasi di Indonesia yaitu awal pendirian perkebunan di Sumatera Utara pada tahun 1863.”

“Komoditas pertama yang ditanam saat itu adalah tembakau bukan kelapa sawit, yang pada saat itu merupakan komoditas perdagangan utama di pasar Eropa” ungkap Yanto.

Perkebunan kelapa sawit bukanlah penyebab langsung deforestasi, bahkan konversi lahan kelapa sawit dapat dikategorikan sebagai “penghijauan kembali” atau “rehabilitasi” lahan yang semula telah terdegradasi. (*)