Kelangkaan BBM di Belitung, Indikasi Pimpinan Daerah Tak Mampu

H Usmandie A Andeska (kanan) prihatin dengan kelangkaan BBM yang merugikan masyarakat Belitung. Foto : Istimewa
H Usmandie A Andeska (kanan) prihatin dengan kelangkaan BBM yang merugikan masyarakat Belitung. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Tokoh masyarakat Bangka Belitung, H Usmandie A Andeska sangat menyesalkan ketidakmampuan pimpinan daerah di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, dalam mengatasi persoalan kelangkaan BBM di Belitung.

Calon anggota DPR RI dari PKS ini menilai ketidakmampuan para pimpinan daerah kedua kabupaten itu serta ketidakpedulian mereka atas kesusahan masyarakat dalam 10 hari terakhir ini.

“Sungguh saya sangat kecewa atas kurang pedulinya para bupati di Belitong ini,” ujar Andeska dalam keterangan persnya pada Kamis (22/11/2018).

“Mereka seakan tega melihat masyarakat antri dan berebut premiun kebutuhan kendaraan agar bisa beraktivitas,” tutur tokoh Presidium Pejuang pendiri Prov Kepulauan Bangka Belitung ini.

Suatu yang sangat ironis di tengah masyarakat merayakan HUT ke-18 lahirnya provinsi, masih ada masyarakat yang menjerit karena kesulitan BBM.

Menurutnya, nyaris terjadi hampir setiap tahun dengan alasan terhambatnya transfortasi lantaran cuaca.

“Ini alasan klasik karena ketidakmampuan dalam mengelola sistim distribusi BBM ” kata Andeska.

Bahkan, tersiar kabar, di tengah keresahan masyarakat itu, ada oknum SPBU yang sengaja bermain untuk mengambil keuntungan sendiri.

Oknum tersebut diindikasikan sengaja menghentikan penjualan disaat artian lagi panjang dengan alasan BBM habis.

“Saya mendapat laporan salah satu SPBU di Manggar sengaja “bermain” dalam pendistribusian ini, tapi ini harus dicek dulu sejauh mana kebenarannya,” ungkap Andeska seraya menjelaskan bahwa persoalan ini sudah dilaporkan ke Pertamina untuk digali lebih dalam guna mengetahui penyebab kelangkaan BBM di Belitung ini, termasuk juga indikasi “permainan” oknum SPBU.

Kasus kelangkaan BBM ini telah berakibat banyak masyarakat tidak bisa menjalan kegiatan dan tugasnya.

Sejumlah guru yang lokasi tugasnya jauh dari rumah, dikabarkan terpaksa tidak bisa mengajar, karena sepeda motornya tidak ada bensinya.

Jelas hal ini sangat merugikan hingga proses belajar mengajar tergambat.

Andeska pun minta agar bupati kedua kabupaten untuk lebih sensitif terhadap persoalan masyarakat, jangan terlampau asyik sendiri.

Dia pun menghimbau agar kedua pimpinan daerah itu tidak bepergian kalau urusan tidak terlampau penting, apa lagi hanya pulang rutin karena kediaman utamanya ada di kawasan Jakarta.

“Kalau pemimpin itu bertanggung jawab pasti tidak akan meninggalkan rakyatnya dalam kesusahan,” pungkas Andeska. (*)