Ine Aya’, Suara Samar Rimba, Kisahkan Deforestasi di Kalimantan

Ine Aya' dipentaskan oleh tim internasional dengan penampil dari Kalimantan, Belanda, Thailand, Iran dan Amerika Serikat. Foto: Nichon Glerum
Ine Aya' dipentaskan oleh tim internasional dengan penampil dari Kalimantan, Belanda, Thailand, Iran dan Amerika Serikat. Foto: Nichon Glerum

TROPIS.CO, JAKARTA – Ine Aya’, Suara Samar Rimba adalah opera baru yang menceritakan tentang deforestasi di Kalimantan.

Ini adalah kreasi baru mengenai pohon kehidupan dan penjaganya, Ine Aya’.

Ine Aya’ terinspirasi oleh warisan kebudayaan dari Masyarakat Kayan, terutama dari epos Takna’ Lawe dan opera Eropa, Ring des Nibelungen.

Ine Aya’ menceritakan hal-hal yang melewati batasan kebudayaan dan menginspirasi perubahan sikap kita terhadap alam.

Baca juga: Peringati Hari Hutan Indonesia, KPMG Indonesia Bersama Komunitas Mangrove Jakarta Tanam 500 Mangrove

Opera ini dipentaskan pertama kali di acara bergengsi, Holland Festival, pada tahun 2021.

Tahun ini, pada tanggal 19 Agustus 2022, opera ini akan dipentaskan pertama kali di Indonesia di pedalaman Kalimantan, di Desa Datah Diaan tempat Masyarakat Adat Kayan Mendalam lalu dilanjutkan dengan beberapa kali pertunjukan di Pontianak dan Jakarta.

Ine Aya’ akan dipertontonkan di periode turbulensi.

Dari awal Agustus, Mendalam mengalami banjir besar, terburuk dalam beberapa dekade, kemungkinan besar terkait dengan peningkatan erosi tanah di area tersebut.

Gubernur Kalimantan Barat berencana untuk menandatangani pakta reforestasi atau disebut juga dengan FOLU Net Sink 2030.

Baca juga: Ones Patiung, PEN Mangrove Menumbuhkan Kemandirian Masyarakat Pesisir

LSM lokal maupun internasional semakin giat menyuarakan hak pertanahan bagi para penduduk asli.

Sejauh ini, masyarakat Kayan mampu menahan kemunculan perkebunan kelapa sawit dari area Mendalam, namun sampai kapan?