Produksi CPO Malaysia Turun
Bukan tidak mungkin mereka berpikir, ketimbang diolah menjadi FAME yang harganya lebih murah, tentu akan lebih menguntungkan bila CPO diekspor, terlebih lagi pasar sangat terbuka karena terjadi kekurangan supply, lantaran merosotnya produksi CPO Malaysia.
Disebutkan, pada tahun ini, kemampuan produksi CPO negeri jiran itu, turun sekitar 8 perseb, atau kurang lebih hanya sekitar 16 juta ton.
Turun tajamnya CPO Malaysia, karena terbatasnya tenaga panen, setelah pemerintah Malaysia “mengusir” hampir 3 juta tenaga kerja asal Indonesia.
Bukan hanya itu yang menyebabkan pasar CPO kian terbuka, tapi adanya kebijakan dalam negeri dari sejumlah negara importir CPO yang menurunkan bea masuk produk minyak nabati.
India misalnya yang dikabarkan telah menurunkan bea masuk impor mintyak nabati hingga menjadi 2,5 persen telah membuat permintaan CPO melonjak tinggi.
Kondisi pasar yang sangat menggiurkan ini, bukan tak mungkin para produsen FAME, memilih pasar ekspor ketimbang memproses CPO menjadi FAME yang harus mengeluarkan biaya tambahan, sementara harganya lebih murah ketimbang CPO.
Inilah yang harus diwaspadai pemerintah, dalam hal ini, Pertamina, sebagai institusi yang bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengadaan biodesel.
Peristiwa “gagal serah” sudah pernah terjadi pada tahun 2017.
Sejumlah produsen fame ingkar janji, tidak menyerahkan barangnya secara full.
Akibatnya pasokan biodesel berkurang drastis dan memaksa Pertamina mengeluarkan dana cadangan, mengimpor desel secara mendadak melalui pasar spot yang tentu harganya lebih tinggi ketimbang pembelian secara kontrak.
Bukan hanya Pertamina yang menanggung rugi atas prilaku jelek produsen fame ini.
Namun Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terkena imbas.
Bahkan, hingga saat ini hutang dari sanksi denda senilai Rp1,2 triliun dari produsen itu belum juga dibayar.
Kala itu, tercatat ada lima produsen FAME yang sengaja nakal, tidak memenuhi komitmennya menyerahkan fame untuk diblending dengan solar hingga menjadi biodesel.
Mereka yang “gagal serah” itu dua produsen diantaranya, disebut-sebut dari kelompok Wilmar International dan Sinar Mas.
Tidak jelas pasti, berapa banyak FAME yang “gagal serah” tersebut.
Namun seorang sumber yang cukup dekat kalangan produsen fame, memperkirakan tak kurang dari 3 juta kiloliter.
Untuk tahun 2021 ini, dari 9,200 juta kilo liter alokasi FAME, kelompok Wilmar mendapat alokasi sekitar 2,7 juta liter.
Sedangkan kelompok Sinar Mas yakni PT Sinarmas Bio Energy dan PT Smart Tbk, memperoleh alokasi sebanyak 760 ribu kilo liter.
Memang belum diketahui pasti sudah berapa banyak FAME yang diserahkan untuk kedua kelompok produsen minyak sawit terbesar di kawasan Asia itu.