Dukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Pembangunan Konektivitas di Kawasan Perbatasan Gencar Digarap

Di NTT dan Papua

Untuk jalan perbatasan di NTT atau provinsi yang berbatasan dengan Timor Leste telah tembus seluruhnya sepanjang 179,99 kilometer.

Ruas jalan perbatasan ini dikenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka.

Dari 179,99 kilometer tersebut yang sudah tertangani (aspal) hingga ditahun 2019 sepanjang 145,17 kilometer.

Sedangkan di tahun 2020 direncanakan jalan yang sudah aspal akan bertambah dan sedang dikerjakan menjadi sepanjang 164,57 kilometer sehingga sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021 mendatang.

Salah satu paket pekerjaan Tahun Anggaran (TA) 2020 yang tengah dilaksanakan adalah pembangunan Jalan Henes-Dafala-Laktutus sepanjang 4,48 kilometer dengan anggaran Rp28,8 miliar.

Jalan perbatasan di NTT memiliki manfaat penting terutama bagi masyarakat di perbatasan yang terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete.

Di Papua, pembangunan jalan perbatasan antara Negara Indonesia-Papua Nugini sepanjang 1.098,24 kilometer juga terus dilaksanakan secara bertahap oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Papua, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.

Hingga akhir 2019 telah tembus sepanjang 919,16 kilometer atau menyisakan 179,08 kilometer.

Baca juga: Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi di Kawasan Food Estate Kalteng Dimulai

Pada TA 2020, dilaksanakan tujuh paket pekerjaan diantaranya pembangunan Jalan Ubrub-Towe Hitam-Oksibil sepanjang 3 kilometer dengan anggaran sebesar Rp35 miliar.

Pembangunan jalan perbatasan Papua bekerja sama dengan Zeni TNI Angkatan Darat pada saat pembukaan hutan dan pembentukan badan jalan dan selanjutnya pada saat konstruksi, akan dilanjutkan oleh Kementerian PUPR.

Pembangunannya cukup menantang dengan kondisi cuaca dan medan berat sehingga menjadi kendala dalam membawa material dan alat berat ke lokasi.

Kehadiran jalan perbatasan dan akses perbatasan tersebut diharapkan akan membuka keterisolasian wilayah yang sangat membantu masyarakat di kawasan perbatasan.

Dimana barang kebutuhan pokok akan dapat diperoleh dengan lebih mudah dan murah, sehingga akan mengurangi kesenjangan antarwilayah.

Dengan meningkatnya konektivitas masyarakat akan terbentuk jalur-jalur logistik baru yang mendukung tumbuhnya embrio pusat-pusat pertumbuhan. (*)