Pemda Lebak Dorong Petani Tingkatkan Produksi Sawit

Pemerintah Kabupaten Lebak berupaya perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan petani plasma menjadi andalan pendapatan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan. Foto : Jos/tropis.co
Pemerintah Kabupaten Lebak berupaya perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan petani plasma menjadi andalan pendapatan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan. Foto : Jos/tropis.co

TROPIS.CO, LEBAK – Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mendorong petani plasma agar meningkatkan produksi kelapa sawit karena menyumbangkan pertumbuhan ekonomi juga penyerapan lapangan pekerjaan.

“Kita mengapresiasi bahwa Lebak sebagai daerah penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di Banten,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Minggu (26/8/2018).

Pemerintah daerah berupaya perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan petani plasma menjadikan andalan pendapatan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak terdapat perkebunan kelapa sawit baik milik PTPN VIII, Perusahaan Besar Swasta (PBS) dan petani plasma.

Namun, sejak beberapa tahun terakhir produktivitas komoditas kelapa sawit milik petani plasma menurun, karena usia tanamnya sudah tua hingga rata-rata 25 sampai 30 tahun.

Ia meminta petani plasma dapat meningkatkan produktivitas dengan kembali melakukan peremajaan.

Produktivitas kelapa sawit saat ini sekitar empat ton per hektare akibat usia tanam tua itu.

Oleh sebab itu, pihaknya menyalurkan benih kelapa sawit untuk peremajaan sehingga bisa menghasilkan sekitar sembilan ton per hektare.

“Kami yakin melalui peremajaan itu dipastikan pendapatan ekonomi petani meningkat,” ujar Dede.

Menurutnya, penyaluran benih kelapa sawit tahun ini ditargetkan seluas 730 hektare tersebar di Kecamatan Banjarsari, Gunungkencana, Malingping, Cigemblong, Cijaku dan Panggarangan.

Saat ini, perkebunan kelapa sawit menjadi primadona pendapatan tetap petani, selain membudidaya tanaman pangan dan palawija.

Bahkan, areal perkebunan kelapa sawit milik petani plasma hingga mencapai ribuan hektare.

Mereka menjual komoditas kelapa sawit bermitra dengan PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya yang ada di Kecamatan Banjarsari.

Harga tandan buah segar (TBS) ditampung perusahaan dengan harga bervariasi antara Rp1.300,00 sampai Rp1.500,00 per kilogram.

“Kami optimistis peremajaan tanaman kelapa sawit dipastikan tiga tahun ke depan bisa menumbuhkan ekonomi petani,” kata Dede lagi.

Sementara Ujang (60), seorang petani, mengaku dirinya merasa lega setelah mendapat bantuan peremajaan dengan menerima benih seluas dua hektare dari pemerintah daerah.

Penyaluran bantuan benih itu tentu dapat produktivitas sehingga menguntungkan pendapatan petani plasma.

“Kami sudah 45 tahun menggeluti usaha perkebunan kelapa sawit dan bisa membangun rumah serta menyekolah anak-anak,” ungkap Ujang.

Rekan Ujang, Maman (50), seorang petani plasma kelapa sawit warga Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, mengaku saat ini harga TBS terus bergerak naik.

Pasalnya, permintaan crude palm oil (CPO) kini cukup tinggi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat, perusahaan agen maupun industri.

“Semua petani plasma di sini ditampung oleh PTPN VIII Kertajaya untuk diproduksi menjadi CPO,” pungkas Maman. (*)