Menggali Potensi Bioekonomi, Inovasi Basis Alam Perlu Terus Dikembangkan

Pencapaian LTKL Mewujudkan Ekonomi Lestari

LTKL yang mandatnya akan berakhir pada tahun 2030, telah menjalankan sejumlah inisiatif untuk mendorong inovasi berbasis alam dan membuka potensi agar pelaku usaha hijau di tingkat lokal dapat melakukan penetrasi ke pasar global.

Pada tahun 2023 telah melakukan berbagai program, seperti menginisiasikan Masterclass Investasi Lestari, sebuah program pelatihan bertahap berbasis kokreasi untuk mendukung pemerintah kabupaten dan pemangku kepentingan di sembilan kabupaten anggota dalam mempersiapkan portofolio investasi dan mendapatkan peluang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.

Terdapat setidaknya 21 komoditas berbasis inovasi alam di dalam ekosistem kabupaten mitra LTKL.

Di antaranya, PT Alam Siak Lestari dan PT Semesta Sintang Lestari yang menghadirkan portfolio ‘HEAL Fisheries’, komoditas ekstrak albumin hasil budi daya ikan gabus dan toman di lahan gambut di Kabupaten Siak dan Sintang, sebuah hasil kombinasi teknologi pangan modern dengan praktik tradisional masyarakat yang terkoneksi dengan industri farmasi.

Baca juga: Presiden Jokowi Bersama Masyarakat Tanam Pohon untuk Hijaukan IKN

Diperkirakan, nilai pasar global untuk produk ekstrak albumin mencapai US$4,25 miliar pada tahun 2021 dan diperkirakan akan bertumbuh hingga US$9,6 miliar pada tahun 2028.

Selain itu, Gampiri Interaksi Lestari di Kabupaten Sigi menjalankan inkubasi pelaku usaha melalui pendampingan dengan petani setempat dalam proses penanaman komoditas berbasis agroforestri dan pertanian regeneratif melalui produksi komoditas kakao, kopi, vanila, dan daun kelor di tingkat desa dan pembangunan fasilitas processing untuk proses fermentasi, pengeringan, ekstraksi minyak atsiri, dan penepungan.

Di barat daya Nusantara, Pusat Unggulan Pertanian Lestari (PUPL) di Kabupaten Aceh Tamiang melaksanakan pendampingan kepada petani kelapa sawit dalam mengembangkan hilirisasi minyak atsiri dari nilam.

Di saat yang sama, Pemerintah Kabupaten Aceh Taming turut meluncurkan program pengembangan ekonomi lestari dengan penandatanganan kesepakatan produksi, proteksi, dan inklusi (PPI) multipihak yang memuat komitmen untuk meningkatkan perlindungan dan penghijauan kembali kawasan hutan, fungsi pengawasan, kesejahteraan petani, dan perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser seluas 30.000 hektare.

Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Air Harus Sinergi dengan Konservasi

Secara keseluruhan, potensi nilai pasar global dari keseluruhan portfolio tersebut mencapai lebih dari US$223 miliar atau setara dengan Rp330 triliun.

Dari sisi pengembangan bisnis, sebanyak 67 entitas bisnis di Kabupaten LTKL telah memulai praktek bisnis lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial melalui sejumlah program inkubasi usaha lestari seperti KUBISA, IMPULS, GIAT, SELARAS, dan Samudra Bekudong’k.

Melalui pendampingan inkubasi ini, telah lahir entitas bisnis lestari seperti PT Alam Siak Lestari yang telah menghasilkan potensi perlindungan 76.744 hektare lahan gambut di tiga desa di Kabupaten Siak.

Selain itu, terdapat 40 produk inovasi berbasis alam di sembilan kabupaten mitra yang telah dikembangkan per akhir tahun 2023.

Baca juga: Negara G20 Apresiasi Kebijakan Iklim Indonesia

Adapun produk-produk inovatif berbasis bioekonomi ini mencakup sektor agroforestri, aquaculture, bambu, kopi, cokelat, dan kelapa.

Beberapa program kabupaten anggota LTKL telah terbukti memberikan dampak positif pada ekonomi, sosial dan lingkungan. Melalui pendekatan yurisdiksi berkelanjutan, kabupaten anggota LTKL mampu berkomitmen untuk menjaga lingkungan sekaligus dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan baik melalui good agriculture practice.

Dukungan KEM dalam Mewujudkan Ekonomi Lestari KEM mempunyai ambisi untuk membuka potensi investasi sebesar US$200 juta untuk lebih dari 100 UMKM lestari, yang terhubung dengan 100 yurisdiksi di Indonesia pada akhir tahun 2026.

KEM juga telah memfasilitasi 71 pemerintah kabupaten di Indonesia yang berkomitmen untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari dokumen perencanaan daerah mereka, yang merupakan hasil dari kemitraan strategis antara KEM dengan APKASI.

Baca juga: Ekosistem LTKL Ciptakan Cetak Biru Transformasi Yurisdiksi Berkelanjutan untuk Capai Target Ekonomi Lestari

Sejak berdiri pada tahun 2022, KEM telah menghubungkan lebih dari 300 pelaku usaha lestari dengan penyandang dana dan pemodal potensial, pemerintah, dan mitra pembangunan lainnya.

Melalui acara-acara seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah mampu membuka US$22,7 juta untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.

Menurut Leonard Theosabatra, Direktur Utama SMESCO Indonesia dan Anggota Dewan Penasihat KEM, potensi inovasi bioekonomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah, dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah positif bagi komunitas lokal.

“Saya percaya bahwa potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah masih sangat banyak yang belum terekspos.”

Baca juga: Produksi Kelapa Sawit Indonesia Dominan Tentukan Harga Minyak Nabati Dunia

“Misalnya, terdapat peluang produk makanan dan minuman (F & B) dan kecantikan yang saya yakini dapat berkontribusi pada perekonomian nasional,” sebut Leo.

Pada pertengahan tahun lalu, SMESCO Indonesia telah menandatangani MoU dengan sejumlah mitra pengolahan strategis seperti BUMN farmasi yakni Indofarma.

Mitra-mitra ini dapat membantu pelaku usaha di Kabupaten Sigi untuk berfokus pada aspek hilirisasi untuk produk olahannya yang kemudian didorong pada pasar domestik dan internasional.

Hal ini sejalan dengan target KemenKopUKM di tahun 2024 untuk penciptaan wirausaha sebanyak 1 juta orang melalui fokus hilirisasi yang memberi nilai tambah bagi produk aquaculture, pertanian, dan kehutanan.

Baca juga: Diperlukan Kolaborasi dan Komitmen Multi Pihak Dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

“Inovasi berbasis alam adalah komponen krusial di dalam ekonomi lestari dan memiliki peran penting dalam perjalanan Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan pesat yang tidak bergantung pada eksploitasi sumber daya alam dan sekaligus mengurangi emisi karbon.

Inovasi berbasis alam dapat membantu negara ini menggapai berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti ketahanan terhadap perubahan iklim dan risiko bencana alam, kemakmuran ekonomi dan sosial, serta ketahanan pangan, air, dan kesehatan,” sebut Gita Syahrani, Ketua Dewan Pengurus KEM.

Untuk menjaga momentum dari rangkaian pencapaian oleh LTKL dan KEM di tahun 2023, kedua organisasi berencana untuk berkolaborasi lebih dalam untuk menciptakan program-program yang menciptakan inovasi berbasis alam yang baru dan solidifikasi di tahun 2024 yang mendukung proyek-proyek bioekonomi di Indonesia. (*)