Ketum GAPKI Prediksi Ekspor Turun di Tahun 2024, Analis Bilang akan Picu Kenaikan Harga

Ketua Umum GAPKI Eddy Martono memprediksi, ekspor kelapa sawit Indonesia di tahun 2024 akan berkurang 4,13 persen atau hanya sekitar 29 juta ton. Foto: GAPKI
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono memprediksi, ekspor kelapa sawit Indonesia di tahun 2024 akan berkurang 4,13 persen atau hanya sekitar 29 juta ton. Foto: GAPKI

TROPIS.CO, KARACHI – Stagnansi produksi kelapa sawit Indonesia ditengah permintaan domestik yang kian meningkat diprediksi akan mengoreksi kinerja ekspor komoditas trategis nasional ini hingga lebih dari 4 persen di tahun 2024.

Hal ini diungkapkan Ketua umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono dalam dalam Pakistan Edible Oil Conference yang diselenggarakan di Karachi, Pakistan, Minggu (14/1/23).

Menurut Eddy, peningkatan produksi paling tinggi hanya akan mencapai tidak lebih dari 5 persen.

“Jika mandatori B35 diperpanjang maka kebutuhan domestik Indonesia bisa mencapai 25 juta ton.”

Baca juga: Ketum GAPKI Raih Penghargaan People of The Year Industri Kelapa Sawit Indonesia

“Dengan demikian, maka ekspor kelapa sawit di tahun 2024 akan berkurang 4,13 persen atau hanya sekitar 29 juta ton,” jelas Eddy.

Sementara Ketua Bidang Luar Negeri GAPKI, Fadhil Hasan, dalam paparannya mengenai industri kelapa sawit Indonesia menyatakan, selain program mandatori biodiesel, peningkatan konsumsi juga terjadi pada produk oleochemichal.

Sehingga tren penurunan ekspor sebetulnya sudah terjadi sejak 2020 dengan tujuan ekspor utama yakni China, India, Uni Eropa, Pakistan dan Amerika Serikat.

Penyebab lainnya adalah produksi, Fadhil memaparkan produksi kelapa sawit Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 2005.

Baca juga: Kendala Utama PSR, Banyak Lahan Petani Sawit Rakyat Dikategorikan Kawasan Hutan oleh KLHK

“Periode 2005-2010 terjadi penurunan produksi sebesar 10 persen , lalu 2010-2015 turun 7,4 persen, kemudian periode 2015-2020 turun 3,2 persen dan seterusnya stagnan,” ungkap Fadhil.