Hilirisasi Nikel Beri Nilai Tambah dan Tingkatkan Daya Tahan Ekonomi Indonesia

Dorongan Pelaku Industri

Ridwan mengakui, perencanaan keberadaan kawasan industri nikel selama ini tumbuh berkat dorongan dari pelaku industri.

“Ini menyadari industri nikel itu penting, dorongan tumbuhnya industri pengolahan berdasarkan besarnya potensi nikel kadar rendah yang dimiliki oleh Indonesia,” papar Ridwan.

Sementara Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan, konsep hilirisasi tidak berhenti ketika mineral diproses menjadi setengah jadi (intermediate product).

“Hilirisasi harus lebih dikembangkan lebih jauh sampai produk menjadi bahan dasar atau pelengkap tahapan paling akhir dalam pohon industri,” katanya.

Menurut Irwandy, konsep nilai tambah itu juga bukan semata rasio antara harga produk terhadap harga bahan baku.

“Jangan hanya untuk diri kita sendiri, tapi berbagi kepada masyarakat,” ujarnya.

Ia menggambarkan proses bijih nikel menjadi FeNi atau konsentrat, lalu diolah menjadi Ni-sulfat dan Co-sulfat.

Setelah itu diproses lagi menjadi precursor yang menjadi bahan dasar material baterai.

“Dari bahan dasar baterai inilah dihasilkan baterai jenis lithium-ion battery,” ungkapnya.

Apabila hilirisasi ini dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi akan mendukung kekuatan industri dalam negeri.

“Tanpa hilirisasi industri dalam negeri akan selalu bergantung pada impor bahan baku, sehingga sangat rapuh dan mudah goyah oleh faktor nonteknis dalam bentuk nilai tukar rupiah,” kata Irwandy.