Minyak Sawit Sumber Pangan dan Bioenergi Berkelanjutan

Pemimpin Redaksi InfoSAWIT, Ignatius Ery Kurniawan, Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Khadikin, Kepala Divisi Pengembangan Biodiesel Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Nugroho Adi Wibowo, Jurnalis Senior Antara Risbiani Fardaniah, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, dan Head of Industry & Government Relations Apical Manumpak Manurung. Foto: InfoSAWIT
Pemimpin Redaksi InfoSAWIT, Ignatius Ery Kurniawan, Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Khadikin, Kepala Divisi Pengembangan Biodiesel Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Nugroho Adi Wibowo, Jurnalis Senior Antara Risbiani Fardaniah, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, dan Head of Industry & Government Relations Apical Manumpak Manurung. Foto: InfoSAWIT

TROPIS.CO, JAKARTA – Pertumbuhan industri minyak sawit di dunia masih bergantung kepada produksi minyak sawit yang porsinya mencapai 50 persen lebih berasal dari Indonesia.

Tingginya permintaan pasar global, secara langsung akan berdampak terhadap keberadaan produk minyak sawit yang berada di Indonesia.

Keberadaan minyak sawit sebagai minyak nabati terbesar dunia, juga menjadi substitusi bagi minyak nabati lainnya.

Hampir semua minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku minyak makanan dan non makanan, telah menjadikan minyak sawit sebagai bahan baku substitusi yang digunakan industri minyak makanan dan industri turunannya, tatkala bahan baku minyak nabati utama yang digunakan mengalami hambatan suplainya.

Baca juga: Mentan SYL: GAPKI Harus Fokus Tingkatkan Produksi dan Produktivitas Sawit Indonesia

Di sisi lain, kondisi pasar minyak sawit juga sering mengalami kenaikan harga jual, akibat melambatnya produksi akibat iklim dan sebagainya.

Keterbatasan produksi ini, secara langsung berdampak terhadap lonjakan kenaikan harga jual produk minyak sawit dan turunannya.

Di sisi lain, problematika kenaikan harga jual minyak sawit mentah (CPO) yang digunakan sebagai bahan baku bioenergi yaitu biodiesel, mengalami kondisi serupa walau tak sama.

Lantaran sebagai program mandatori pemerintah, biodiesel berdampak langsung terhadap penghematan devisa negara.

Baca juga: Wapres KH Ma’ruf Amin: PSR Kunci Ketahanan Pangan dan Energi Masa Depan

Kendati ada persoalan harga jual, dapat ditopang melalui pemanfaatan dana BPDPKS sebagai insentif biodiesel.

Diungkapkan Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Khadikin, saat ini Indonesia masih menjadi episentrum negara produsen dan konsumen minyak sawit dunia, menjadi tumpuan dalam dinamika pembentukan harga CPO dunia karena mempunyai magnitude dalam sisi supply dan sisi demand.

Sementara kondisi aktual pasar minyak nabati dunia menunjukkan kerawanan tinggi dan sensitif terhadap perubahan lingkungan strategis.

Khadiki mencontohkan, pada saat mulai invasi Rusia ke Ukraine, bulan April 2022 lalu membuat harga CPO internasional meningkat RM 1.000/MT dalam kurun waktu tiga hari.

Baca juga: Mendorong Keterlibatan Masyarakat Perdesaan Hasilkan Minyak Sawit Berkelanjutan

“Hal ini disebabkan negara Ukraine merupakan produsen utama minyak biji bunga matahari (sunflower oil), yang menjadi barang kompetitor CPO asal negara tropis, utamanya Indonesia dan Malaysia,” katanya dalam acara dalam acara FGD SAWIT BERKELANJUTAN VOL 13, bertajuk “Minyak Sawit: Sumber Pangan Dan Bioenergi Berkelanjutan”, yang diadakan media InfoSAWIT yang didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Demikian juga pada periode awal tahun 2023, di mana pasokan minyak nabati kompetitor CPO dunia, sudah mulai membaik, maka harga CPO global yang diharapkan terdongkrak pada awal tahun, lantaran masuk musim dingin di negara sub tropis, serta adanya hari besar keagamaan, ternyata tidak menunjukan kenaikan signifikan.

“Hal ini perlu disikapi dengan memperkuat kebijakan sisi suplai dan sisi demand pada level nasional supaya dinamika harga tidak berpengaruh terhadap penerimaan penjualan tandan buah segar (TBS) sawit petani (Smallholder),” tutur Khadikin.

Sebab itu saat ini, ungkap Khadikin, pemerintah sedang mendorong supaya Indonesia menjadi penentu harga CPO di dunia, terlebih Indonesia telah menjadi produsen utama minyak sawit global dengan membentuk bursa komoditas.

Baca juga: Kelapa Sawit Berkontribusi pada PDB Perkebunan Terbanyak