2023, Indonesia Stop Ekspor CPO ke Uni Eropa

TROPIS.CO, JAKARTA – Seorang praktisi sawit memprediksikan, dalam masa 2 tahun mendatang, Indonesia bakal menghentikan ekspor Crude Palm Oil.

Strategi ini terpaksa ditempuh produsen sawit Indonesia, lantaran mulai terbatasnya produksi sawit nasional. Sementara produksi yang tersedia lebih diutamakan memenuhi industri bioful dalam negeri.
Sahad Sinaga, praktisi sawit itu, menyebut produksi sawit Indonesia bakal mentok pada anggka 50 juta ton di tahun 2023. Pada saat ini produki sawit Indonesia sudah mendekati 47 juta ton.

Stagnannya produksi sawit, disebabkan tidak ada lagi perluasan lahan sebagai konsekuensi dari kebijakan pemerintah, mengentikan pemberian ijin baru dalam upaya menekan deforestasi, agar target Net Sink FoLU 2030 bisa tercapai.

Di sisi lain, upaya peningkatan produktivitas perhektar, peluangnya sudah sangat kecil. “Dengan produktivitas 5 ,2 ton CPO perhektar ini sudah relatif tinggi,” kata Sahad Sinaga.

Ada peluang peningkatan produktivitas kebun rakyat. Tapi inipun terkendala banyak hal, selain lemahnya permodalan yang mereka miliki, sebagian perkebunan sawit ini ada di dalam kawasan yang kini kondisi sudah berupa tanaman kurang produktif. Lantaran di dalam kawasan hutan, tentu tak bisa direplanting.

Karenanya, Sahad Sinaga, meyakini dalam 2 tahun mendatang, kebutuhan CPO di dalam negeri akan meningkat tinggi seiring tumbuh dan berkembang industri biodesel, B40. Konsekuensinya, karena produksi sudah mentok, Indonesia terpaksa mengurangi volume ekspor.

“Biodiesel akan meningkat ke B-40
Maka, prediksi DMSI di mulai pertengahan thn 2023, tak akan ada sawit Indonesia ke EU,” prediksi Sahad.

Dan, pasar yang akan dievaluasi, pasaran Uni Eropa. Kemudian fokus di dalam negeri, dan memenuhi pelanggan utama – yang selama telah menjadi sahabat Indonesia dalam perdagangan sawit. Negara negara itu, antara lain: India, Cina, Pakistan, Banglades dam beberapa negara Afrika dan Timur Tengah.
” Pada tahun 2023, Indonesia bisa bilang ke EU, sorry meneer we don’t have stock of palm oil,”ujar Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia.