Perusahaan PROPER Mulai Dilibatkan Dalam Percepatan Pengembangan Perhutanan  Sosial

Menteri LHK Siti Nurbaya didamping Dirjen Bambang Supriyanto, saat pembukaan Pestival PeSoNa 2023.

TROPIS.CO, JAKARTA –  Setidaknya kini sudah ada 6 perusahaan PROPER yang sudah menyatakan kesanggupan dalam mendukung percepatan pengembangan Perhutanan Sosial.  Kesanggupan itu tersirat saat dilangsungkan penandatangan kesepahaman perusahaan PROPER tersebut dengan Dirjen Perhutana  Sosial Kemitraan Lingkungan, Bambang  Supriyanto  dan Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Riliantoro, di Jakarta, Senin (5/6).

Keenam perusahaan PROPER Hijau dan Emas, diantaranya PT. Astra Internasional, Tbk, PT. Pertamina (Persero), PT. Semen Padang, PT. Paiton Energy, PT. PLN Indonesia Power, dan PT. Pertamina Gas Negara. Berdasarkan hasil penilaian, hingga akhir  tahun kemarin, tercatat ada sebanyak 51 perusahaan peringkat Emas, dan 170 perusahaan peringkat Hijau, dari sekitar 3200 perusahaan PROPER.

“ Keenam perusahaan ini, sifatnya perwakilan dari  perusahaan PROPER klasifikasi Hijau dan Emas,”kata Dr.  Mahfudz, Sekretaris Ditjen Pehutanan Sosial Kemitraan Lingkungan. Mereka akan membantu  kelompok perhutanan sosial untuk meningkatkan kelola usahanya sekaligus kelola ekonomi dan kelestarian hutan, dan mereka juga sebagai offtaker,”tambah Mahfudz.

Dengan demikian, peran mereka, lanjut Mahfudz, akan  memberikan dampak nyata  dalam peningkatan  pendapatan anggota kelompok perhutanan  Sosial. Terjadi perbaikan dalam kondisi sosialnya,dan juga  yang tak kalah penting, kondisi tutupan lahan akan jauh lebih baik. “Membaiknya kondisi tutupan lahan sebagai salah satu indikasi bahwa peran perusahaan PROPER terhadap KPS sangat efektif,”kata Mahfudz lagi.

Penandatangan kesepahaman disaksikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof.Dr. Siti Nurbaya, dan  Wakil Menteri LHK Dr. Alue Dohong, bersamaan dengan acara peringatan  Hari Lingkungan Sedunia  2023, berlangsung di Manggala Wanabakti, sekaligus penbukaan  Festival  Perhutanan Sosial Nasional –PeSoNa, diikuti sejumlah perwakilan  Kelompok Usaha Perhutanan Sosial – KUPS yang dikoordinir Balai Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera.

Sejumlah kegiatan dalam Pestival PeSoNa yang berlangsung hingga Rabu (7/6) besok, diisi dengan berbagai kergiatan anta lain: Temu Inovasi Perhutanan Sosial, Pameran Produk Hutan Sosial dan Coaching Clinic, Seminar/Talkshow dan Podcast, Pentas Seni Budaya dan Aneka Lomba untuk meningkatkan pemahaman dan kecintaan lingkungan.

Menteri Siti menerangkan bahwa rangkaian kegiatan dalam Festival Pesona Tahun 2023 ini diharapkan dapat merefleksikan keberhasilan program Hutan Sosial dan sebagai apresiasi terhadap peran para pelaku Hutan Sosial yang telah berhasil melakukan inovasi, kreatifitas atau mendampingi dan menggerakan komunitas dalam mengelola dan melestarikan hutan yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Sekaligus juga, dapat meningkatkan pengetahuan, apresiasi, dan membuka kesempatan semua pihak untuk berkolaborasi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan

Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi platform untuk bertukar pikiran dan menerapkan langkah-langkah praktis termasuk bila mungkin menjadi arena seller meet buyer untuk membangun kolaborasi bagi masyarakat, pemerintah, pelaku hutan sosial, swasta dan akademisi dalam mengembangkan usaha hutan sosial.

“Festival Pesona ini juga menjadi bagian penting dalam kerja-kerja kita dalam Perhutanan Sosial yang secara prinsip bahwa perhutanan Sosial dibangun untuk keberpihakan pada masyarakat atau small holders, memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan serta membangun produktivitas dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,” terang Menteri Siti.

Dalam peringatan  HLH 2023 itu,  Menteri  Siti Nurbaya, memberikan  penghargaan Kalpataru 2023, kepada sejumlah tokoh yang sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan.  Dan mereka yang layak mendapat penghargaan Kalpataru itu, untuk kategori perintis; Muhammad Ikhwan Am (Sulawesi Selatan) Misman, (Kalimantan Timur); Asep Hidayat Mustopa (Jawa Barat) dan Dani Arwanton (DKI Jakarta).

Kemudian untuk kategori Penyelamat: Perkumpulan Pengelola Hutan Adat Dayak Abay Sembuak dari Kalimantan Utara, Yayasan Ulin, Kalimantan Timur, dan LPHK Damaran Baru, Aceh. Selanjutnya untuk kategori Pengabdi, penghargaan Kalpataru diberikan kepada Arsyad dari Nusa Tenggara Timur. Kategori Pembina dianugerahkan kepada Petronela Merauje (Papua),  dan Dr. Ir. Nugroho Widiasmadi, M.Eg (Jawa Tengah). Selain itu, diberikan penghargaan khusus bidang Pengembangan Jejaring Ekowisata kepada H. Awam (Jawa Barat).

”Penghargaan Kalpataru tidak hanya memberi penghargaan secara simbolis, namun untuk dampak yang lebih luas: memo¬tivasi dan mendorong kesadaran, kepedulian, kepeloporan, dan peran aktif masyarakat dalam perlindungan, pengelolaan serta pelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehutanan,”kata Menteri  Siti Nurbaya.

Beat Plastic Pollution

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  Siti Nurbaya dalam sambutannya, mengatakan, Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia atau World Environment Day diperingati setiap tanggal 5 Juni, dimulai sejak tahun 1972 ketika Majelis Umum PBB menetapkan 5 juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada saat Konferensi Stockholm.

Setiap tahunnya, kata Menteri  Siti Nurbaya,  HLH dirayakan dengan tema yang berbeda-beda.  Dan pada tahun 2023 ini,  mengusung tema Beat Plastic Pollution, yakni seruan untuk bertindak guna menangani sampah plastik dan mencari solusi terkait polusi plastik.

Dan itu, mengingat secara prinsip bahwa pendekatan penanganan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan pendekatan Konstitusionalitas dan Prosedural, sebagai refleksi kaitan antara demokrasi dan lingkungan, yakni demokrasi dan rasa untuk menjaga lingkungan, dimana ada kaitan filosofis, pelembagaan yang mendorong praktek atau rintisan untuk membangun nilai-nilai yang menghargai lingkungan, serta menerapkan secara mendasar prinsip kelestarian lingkungan atau deep-green pada penempatan dalam berbagai kebijakan).

“Aktualisasinya dalam bentuk dan orientasi partisipasi yang lebih dan semakin luas atau wider participation, adopsi kebijakan-kebijakan yang berorientasi hijau serta jelasnya kaitan antara partisipasi dan hasil atau keluaran yang makin kental dimensi kelestariannya atau greener outcome,” ungkap Menteri Siti.