Borneo Forum Sorot Peran Industri Sawit Terhadap Pembangunan Daerah

TROPIS.CO, PALANGKARAYA- The 5 Borneo Forum kini tengah berlangsung di Palangkaraya diikuti sedikitnya 420 stakeholders industri sawit nasional dan dihadiri sejumlah gubernur dan bupati di Kalimantan.

Forum yang bertemakan “Menuju Industri Sawit Borneo Lebih Berkelanjutan” akan berlangsung hingga Kamis (25/8). Kegiatan dibuka resmi oleh Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran juga mendengarkan arahan Menko Ekonomi Airlangga Hartato.

Menko Ekonomi yang menyampaikan sambutannya secara during, menekankan pentingnya peran gubernur  dan para pimpinan daerah  dalam mendukung keberlanjutan industri sawit di kawasan Borneo, termasuk membantu dalam penyelesaian persoalan lahan dan konflik dengan masyarakat.

“Ekspor sawit yang tinggi harus terus didorong karena harga komoditas global yang tinggi saat ini,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto .

Untuk meningkatkan nilai tambah yang makin tinggi pada sektor sawit, kata Airlangga, sektor hilir sawit terus dikembangkan. Sehingga tidak hanya fokus pada ekspor bahan mentah tetqpi juga produk hilir dengan nilai tambah tinggi.

Karenanya dalam rangkaian itu, dukungan penuh dari para gubernur dan bupati dinilai Airlangga sangatlah menentukan.  ” Kita mengetahui masih banyak persoalan di lapangan yang harus  kita selesaikan, baik berkaitan dengan pemanfaatan kawasan maupun konflik tenurial, hingga perlu ada dukungan Gubernur dan  para pimpinan daerah untuk ikut menyelesaikanbya,”kata Menko Bidang Perekonomian itu.

Harapan serupa juga disampaikan Deputi Menko Ekonomi bidang Pangan dan Agroindustri Musdalifa. Dalam sambutan Musdalifa mengatakan persoalan industri sawit berkelanjutan, tidak bisa ditangani oleh satu sektor tapi menjadi tanggungjawab bersama.

” Mari kita suport dan tunjukan kepada masyarakat dunia, apa yabg sudah kita lakukan dalam melestarikan lingkungan, bahwa kita sangat serius menjaga kondisi lingkungan, termasuk kawasan Kalimantan karena Borneo telah menjadi paru paru dunia,”tandasnya.

Suatu yang sangat ironis, lahan perkebunan sawit Indonesia yang kini 16,,6 juta hektar selalu disorot masyarakat glibal, tapi ada sekitar 27 juta hektar tempat satwa langka dan plasma nutfah yang kini terus terjaga, hampir tak pernah dilihat.

Sementara Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran, menyambut baik  pelaksanaan The 5 Borneo Forum di Palangkaraya, karena kegiatan ini akan membawa Kalteng semakin dekat dengan investor, sehingga mereka tidak segan untuk berinvestasi  di Kalimantan Tengah.

Hanya memang diakui Gubernur Sugianto Sabran,keberadaan dunia investasi ini hendaknya memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan daerah dan kehidupan masyarakat di kawasan Kalimantan, termasuk Kalimantan Tengah.

Gubernur Kalteng ini dalam sambutan pembukaannya sempat menyindir kalangan industri sawit yang ada di Kalimantan Tengah. Dia menyebut dari ratusan perusahaan sawit di Kalimantan Tengah, sebagian besar belum memberitakan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitarnya. Peran yang dimainkan baru sebatas yang berkaitan langsung dengan kegiatan produksi peeusahaan.

Namun dalam kontribusi lain, sebut saja dalam membantu sarana pendidikan di desa di sekitar wilayah kebunnya, dirasakan masih sangat kurang. Padahal banyak fasilitas pendidikan yang perlu mendapat pergatian bersama.

” Perusahaan perkebunan sawit yang ada di Kalteng ini pelit pelit, lebih manut dengan pemerintah pusat, masa punya kebun kebun luas hanya menyumbang Rp 10 juta untuk kegiatan yang berskala dunia di Kalteng,”kata Gubernur Sugianto Sabran.

Persoalan  lain yang disebut Gubernur Sagianto Sabran berkaitan dengan persialan penyelesaian lokasi perkebunan di dalam kawasan hutan yang akan tidak tuntas tuntas. Padahal persoalan ini sudah sangat berlarut larut. Permasalahan ini berakibat pada terhambatnya perusahaan melengkapi perijinan, termasuk HGU.

Lantaran ini pula hingga Pemda tidak mendapatkan income dari perusahaan perkebunan dalam kawasan ini. Andai permasalahan ini bisa dituntaskan, maka dapat dipastikan akan ada tambahan pendapatan bagi  daerah.

” Andai pusat tidak bisa menyelesaikan biar gubernur yang menyelesaikan,nanum hendaknya jangan ada sanksi hukum,” tandasnya lagi.

Merespon sindiran Gubernur Sugianto Sabran, Sekjen Gabungan Perusahaan Kelapa  Sawit  Indinesia, Edi Martono mengatakan, apa yang disampaikan Gubernur Kalteng itu,  sebagai koreksi bagi manajemen perusahaan sawit di Kalimantan Tengah.  Kendati realitanya, kontribusi   industri sawit sudah cukup banyak, seperti halnya pajak dan berbagai retribusi lainnta.

Hanya mungkin apa yang disampaikan Gubernur Kalteng itu sifatnya kasusistis berkaitan dengan Kalteng lagi menjadi tuan rumah dari suatu event berskala international, hingga membutuhkan dana relatif besar.

Hanya sayangnya disaat bersamaan, kondisi perusahaan rata rata belum pulih dari dampak pandemi covid. Kebanyakan perusahaan lagi kesulitan likuiditas, hingga pemupukanpun banyak tertunda.