Pembangunan Jaringan Irigasi Jamin Ketahanan Pangan di NTT

Bendungan Napungete merupakan salah satu bendungan yang dibangun guna mendukung ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto: Kementerian PUPR
Bendungan Napungete merupakan salah satu bendungan yang dibangun guna mendukung ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto: Kementerian PUPR

TROPIS.CO, JAKARTA – Pemerintah lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan dukungan ketahanan pangan dan ketersedian air secara nasional.

Hal itu diwujudkan dengan pembangunan dan rehabilitasi irigasi serta pembangunan infrastruktur embung, sumur air tanah, dan bendungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2021.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan bahwa permasalahan ketahanan pangan di NTT masih tetap sama yaitu masalah air.

“Saya sudah perintahkan Pak Menteri PUPR untuk dilihat kemungkinan dibangun waduk atau bendungan kemudian tambahan untuk embung dan juga sumur bor,” ujar Kepala Negara.

Sementara Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dilakukan guna menunjang produktivitas dalam bidang pertanian, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan membantu memulihkan perekonomian masyarakat terdampak pandemi Covid-19.

“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya sehingga bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata di mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” tutur Menteri Basuki dalam keterangan persnya, Selasa (11/5/2021).

Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal (DItjen) Sumber Daya Air (SDA) di NTT pada TA 2021 mengalokasikan anggaran sebesar Rp24,76 miliar untuk membangun Daerah Irigasi (DI) Baing (Tahap II) seluas 100 hektare.

Ini merupakan pembangunan lanjutan jaringan irigasi dalam mendukung program food estate di NTT yang pada TA 2020 telah membangun empat Daerah Irigasi (DI) dengan anggaran sebesar Rp82,28 miliar, yakni, DI Kodi seluas 700 hektare, DI Baing (Tahap I) seluas 14 hektare, DI Wae Laku dan Wae Dingin seluas 125 hektare, dan DI Raknamo seluas 250 hektare.

Baca juga: Bakal Rampung Juli 2021, Bendungan Ciawi Jadi Pengendali Banjir di Jakarta