Rencana B40 Kembali Bergulir

Program biodiesel merupakan salah satu dari banyak strategi Indonesia untuk mengurangi impor minyak dan menurunkan emisi karbon dioksida. Foto: Medium
Program biodiesel merupakan salah satu dari banyak strategi Indonesia untuk mengurangi impor minyak dan menurunkan emisi karbon dioksida. Foto: Medium

TROPIS.CO, JAKARTA – Pemerintah Indonesia berencana untuk melanjutkan program biodieselnya setelah berbulan-bulan harga minyak sawit melemah akibat pandemi Covid-19.

Seperti dilansir Biofuels International, raksasa bahan bakar milik negara, Pertamina, menghidupkan kembali program tersebut setelah perusahaan memproduksi biodiesel baru dan menandatangani kesepakatan untuk membangun pabrik katalis biodiesel.

Pertamina akan memproduksi 40 persen campuran biodiesel (B40) pertamanya yang terdiri dari 30 persen fatty acid methyl ester (FAME), 10 persen green diesel, dan 60 persen solar berbahan bakar fosil.

Program biodiesel merupakan salah satu dari banyak strategi Indonesia untuk mengurangi impor minyak dan menurunkan emisi karbon dioksida.

Baca juga: CPOPC Protes Atas Kampanye Negatif dan Diskriminasi Minyak Sawit oleh Kraft Heinz

Program ini telah meningkat sejak 2016 dimulai dengan biodiesel B20.

Pertamina juga berhasil melakukan uji coba tiga hari produksi 1.000 barel per hari (bpd) solar hijau D100 di kilangnya di Dumai, Riau, yang merupakan jantung sawit Indonesia.

Sementara itu, Indonesia masih melanjutkan pengaduannya kepada Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) terhadap larangan Uni Eropa atas bahan bakar nabati berbasis kelapa sawit.

Komisi Eropa menyimpulkan pada 2019 bahwa budi daya kelapa sawit menyebabkan deforestasi yang berlebihan dan mengeluarkan undang-undang untuk menghentikan penggunaannya sebagai bahan bakar transportasi antara tahun 2023 dan 2030. (*)