Menemukan Kembali Nabati Lokal yang Terlupakan

Potensi Sumber Pangan Nabati Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia?Indonesia sendiri sebenarnya kaya akan potensi tumbuhan nabati yang menjadi sumber pangan nabati.

Namun karena kebiasaan konsumsi yang terjadi puluhan tahun terakhir, di mana misalnya hanya beras yang jadi utama, maka banyak pangan pokok lokal terpinggirkan.

Sebut saja sagu, sorghum, jagung, ketela dan berbagai jenis umbi-umbian lokal lainnya.

Selain itu, terkadang ada cara pandang dan gengsi yang memandang makanan lokal “tidak keren” seperti halnya makanan luar.

Ini juga kerap menyebabkan kecenderungan orang Indonesia, termasuk generasi muda perkotaan, tidak menoleh ke pangan lokal.

Bahkan mungkin ada yang tidak kenal sama sekali.

Masa gelap pandemi sedikit banyak mengubah ini semua.

FAO sudah wanti-wanti ke semua negara mewaspadai adanya krisis pangan akibat pandemi.

Negara-negara yang selama ini mengandalkan impor pangan harus pasang jurus lain.

Negara pengekspor memilih untuk mengamankan pangan sendiri. Hasilnya untuk disimpan sendiri, dalam rangka mengantisipasi krisis pangan di negaranya.

Jalur distribusi juga menjadi faktor lain yang terhambat karena harus memutus mata rantai penyebaran wabah.

Maka, ketahanan dan kedaulatan pangan menjadi hal yang paling utama sekarang di banyak negara, di samping prioritas pergulatan melawan wabah global.

Kebijakan menyangga pangan, mengembalikan produksi dalam negeri dan memastikan tercukupinya pangan negeri sendiri menjadi keniscyaan. Bukan lagi pilihan.

Indonesia, jika harus jujur, sebenarnya tidak perlu khawatir dengan kemampuan ketahanan pangan ini.

Kita punya modal dan kekuatan yang selama ini tetap ada, meski ada yang sempat terlupakan.

Berbagai macam forum dan webinar misalnya, menyajikan kembali isu kekayaan aktual maupun potensial pangan lokal kita, utamanya yang nabati.

Dan nyatanya, Indonesia memang kaya. Ambil contoh, seperti yang disebut di atas, untuk makanan pokok saja Indonesia memiliki banyak ragam.

Paling tidak, selain beras ada jagung, sorghum, sagu, sukun dan berbagai jenis umbi-umbian (ketela, ubi manis dan lain-lain).

Beras sendiri tidak hanya beras putih. Kita punya beras merah, coklat, hitam dan pulut dengan segala variasi lokalnya.

Beras hitam dari Buton Utara, Sulawesi Tenggara, misalnya, yang pernah saya lihat langsung, adalah khas. Tidak ditemukan di daerah lain.

Belum lagi tumbuhan lain. Sorghum memiliki sekitar 30 spesies. Umbi-umbian secara garis besarnya ada belasan.