Pentingnya Koordinasi Antara Kementerian/Lembaga untuk Mencegah Stunting pada Sumber Daya Manusia Indonesia

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir ingin keluaran WNPG XI dapat menjadi arah dalam pengembangan riset dan teknologi pangan dan gizi ke depan.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir ingin keluaran WNPG XI dapat menjadi arah dalam pengembangan riset dan teknologi pangan dan gizi ke depan.

TROPIS.CO, JAKARTA – Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) kembali menjadi tuan rumah dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-11.

Acara WNPG ini merupakan forum multi stakeholder antara akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat luas untuk memberikan rekomendasi arah perubahan kebijakan pangan dan gizi di Indonesia.

Penyelenggaraannya sendiri merupakan kerjasama LIPI dengan Kemenko PMK, Kementerian PPN/Bappenas, Kemenristekdikti, Kementerian Kesehatan, KKP, Kementerian Pertanian, Badan POM, dan BSN, yang berlangsung sejak bulan Januari 2018 untuk mempersiapkan rumusan rekomendasi WNPG.

WNPG XI Tahun 2018 ini mengangkat tema Percepatan penurunan stunting melalui revitalisasi ketahanan pangan dan gizi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan yang diselenggarakan pada 3-4 Juli 2018 ini membahas lima topik utama yang sejalan dengan pilar RAN PG 2017-2019. WNPG XI bukan hanya melihat pentingnya pencegahan stunting, tetapi juga pentingnya intervensi pencegahan secara komprehensif terhadap persoalan stunting yang sedang terjadi.

Terdapat lima topik utama yang dibahas pada WNPG XI: yaitu (i) peningkatan gizi masyarakat, (ii) peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam, (iii) peningkatan penjaminan keamanan dan mutu pangan, (iv) peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta (v) koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko menjelaskan bahwa pertanyaan pokok yang ingin dijawab dalam WNPG XI Tahun 2018 adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan/percepatan efektivitas kebijakan, program dan strategi penurunan dan pencegahan stunting di Indonesia.

“Tujuan dari penyelenggaraan WNPG XI ini yakni untuk merumuskan strategi percepatan efektivitas kebijakan, serta program pangan dan gizi terkait prevalensi stunting secara lintas pemangku kepentingan untuk lima tahun kedepan, guna masukan RPJMN 2020-2024, yang didalamnya akan keluar standar Angka Kecukupan Gizi dan diharapkan menjadi acuan lima tahun mendatang,” katanya.

Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Puan Maharani menjelaskan, kasus malnutrisi seperti gizi buruk dan stunting masih menjadi persoalan di Indonesia.

Bahkan sepertiga dari jumlah balita di Indonesia mengalami masalah stunting. “Persoalan stunting pada anak akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia ke depan.

Studi menunjukan bahwa potensi kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh stunting mencapai 2-3 persen PDB setiap tahunnya. Sebaliknya, intervensi penurunan stunting akan membawa keuntungan ekonomi sebesar 48 kali lipat dari setiap investasi yang dikeluarkan.

Untuk itu, penurunan stunting harus menjadi prioritas dalam upaya mewujudkan bangsa Indonesia yang maju dan berdaya saing”, ujarnya.

Menko Puan sangat menyambut baik adanya WNPG XI ini. “Saya berharap forum ini tidak hanya membangun wacana akademis saja, tetapi juga masukan yang konstruktif dan operasional yang dibutuhkan bangsa ini,” terangnya.

Stunting tidak hanya masalah kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor multidimensi seperti akses pangan, layanan kesehatan dasar termasuk akses air bersih dan sanitasi, serta pola pengasuhan.

Sangat diperlukan pendekatan berbagai pihak untuk mengatasinya baik swasta, masyarakat, industri maupun pemerintah. Di samping itu, isu utama stunting yang menjadi tantangan bersama, bahkan tanpa disadari menjadi masalah utama yaitu perilaku hidup sehat dan bersih serta persoalan klasik koordinasi pusat-daerah dan antar Kementerian/Lembaga.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir juga mengharapkan bahwa keluaran WNPG XI dapat menjadi arah dalam pengembangan riset dan teknologi pangan dan gizi ke depan, agar hasil penelitian bisa berdampak langsung pada perbaikan kualitas SDM.

“Secara spesifik, riset dan teknologi pangan dan gizi, harus mampu berkontribusi pada pengurangan dan pencegahan stunting,” ujarnya.

Menteri Nasir juga menegaskan bahwa upaya meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi dalam mendukung sektor pangan dan gizi ini memerlukan upaya koordinasi dan sinergi dari semua stakeholders dan pemangku kepentingan di Indonesia.

Diperlukan kerja keras, konsistensi, inovasi-inovasi baru, untuk merajut kerjasama antar pemangku kepentingan di Indonesia. “Mari kita bergandengan tangan demi revitalisasi ketahanan pangan dan gizi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, WNPG XI menghadirkan Menko PMK, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Menristekdikti pada pembukaan kegiatan, dan Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, Menteri KKP, dan Menteri Sosial sebagai pembicara kuncinya.

Di samping itu, secara khusus ada pengarahan dari Wakil Presiden, yang merupakan penanggungjawab Program Nasional prevalensi stunting pada hari pertama tanggal 3 Juli 2018.

Setelah pembacaan rekomendasi pada hari kedua siang, acara WNPG direncanakan akan ditutup dengan pengarahan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.

Sumber : Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi