Memaknai 17 Tahun Adiwiyata, Saksi Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

Sekolah Adiwiyata telah memberikan kontribusi berupa pengurangan timbulan sampah melalui pengelolaan sampah dengan metode reduce, reuse, recycle (3R) penanaman dan pemeliharaan pohon atau tanaman, pembuatan lubang biopori dan sumur resapan serta konservasi energi dan air. Foto: KLHK
Sekolah Adiwiyata telah memberikan kontribusi berupa pengurangan timbulan sampah melalui pengelolaan sampah dengan metode reduce, reuse, recycle (3R) penanaman dan pemeliharaan pohon atau tanaman, pembuatan lubang biopori dan sumur resapan serta konservasi energi dan air. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Sejak tahun 2006, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakan program Adiwiyata.

Sebuah program pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pada tahun 2019, Program Adiwiyata direvitalisasi menjadi Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (Gerakan PBLHS).

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK, Ade Palguna Ruteka menyampaikan bahwa tahun 2023 ini adalah tahun ke-17 pelaksanaan Gerakan PBLHS atau Adiwiyata sebagai salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia.

Baca juga: Tantangan Zero Waste Emission Indonesia

“Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) tidak saja meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga sekolah terhadap upaya pengelolaan lingkungan, namun juga berkontribusi terhadap peningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah,” kata Ade saat membuka Talkshow yang bertema “Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Indonesia: Peringatan 17 tahun Adiwiyata” dan Coaching Clinic Adiwiyata di Auditorium Dr. Soedjarwo, Gedung manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (15/6/2023).

Dalam kurun waktu 2006 – 2021, Sekolah Adiwiyata telah memberikan kontribusi berupa pengurangan timbulan sampah melalui pengelolaan sampah dengan metode reduce, reuse, recycle (3R) penanaman dan pemeliharaan pohon atau tanaman, pembuatan lubang biopori dan sumur resapan serta konservasi energi dan air.

“Gerakan PBLHS ini juga merupakan pengungkit, embrio, dan pendukung serta berkontribusi terhadap percepatan tercapainya 20.000 Kampung Iklim pada tahun 2025, tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 serta dan pencapaian target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC),” ujarnya.

Di usia yang ke 17 tahun ini, terdapat beberapa perkembangan diantaranya pengembangan aplikasi Sistem Informasi Adiwiyata (SIDIA) dalam mekanisme penilaian, pemberian penghargaan kepada kepala daerah yang kinerja pengembangan GPBLHS nya baik.

Baca juga: Suhu Bumi Melampaui Batas, Indonesia Harus Segera Lakukan Mitigasi

Selain itu, perpanjangan penghargaan sekolah Adiwiyata yaitu masa penghargaan Adiwiyata dibatasi menjadi empat tahun.