Bank Negara Indonesia ikut meningkatkan kualitas kopi petani hingga bisa menembus pasar global. Tak sebatas menyalurkan KUR kepada Kelompok Usaha Perhutanan Sosial-KUPS.
TROPIS.CO, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia melalui program “Jejak Kopi Khatulistiwa kini memberikan pelayanan greading bagi petani kopi yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial –KUPS di Indonesia, sebagai upaya meningkatkan kualitas kopi petani Perhutanan Sosial.
Kendati program jangka panjangnya akan menjangkau semua KUPS se Indonesia, namun diakui oleh Aswin dari PT Bank Negara Indonesia, saat ini peran yang dimainkan, Jejak Kopi khatulistiwa, baru di 3 Kabupaten Rejanglebong Bengkulu, Garut Jawa Barat dan Jember, Jawa Timur.
Kata Aswin, bahwa peran yang dimainkan oleh PT Bank Negara Indonesia tidak sebatas menyalurkan kredit bagi UMKM yang di dalamnya, juga termasuk KUPS yang mengembangkan tanaman kopi. Melainkan juga melakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan kualitas produk, sekaligus meningkatkan manajemen usahanya.
Salah satu program dalam hal peningkatan kualitas ini, melalui kegiatan greading sehingga petani tahu, bahwa kualitas kopi yang mereka hasilkan itu, berada pada tahap mana. Sebagai contoh Aswin menyebut kopi robusta regester 5 yang dikembangkan kelompok usaha perhutanan sosial regester 5. “ dan Alhamdulilah, setelah digreading, bahwa kualitas kopi robusta register 5 berada pada angka 81,5, ”kata Aswin.
KUPS Register 5 beranggotakan 500 petani di 5 desa, dan salah satunya di Desa Tebat Pulau. Sebagian besar tanaman kopi di kawasan 5 desa ini, sudah dikategorikan tanaman menghasilkan atau TM. “ Dan ini memang menjadi sasaran BNI dalam menyalurkan kredit usaha rakyatnya atau KUR,”ungkap Aswin lagi.
Sejumlah produk kopi produksi KUPS binaan PT Bank Negara Indonesia, termasuk kopi robusta Register 5, Rejanglebong, ikut dipromosikan oleh BNI, saat dilangsungkan Pestival Perhutanan Sosial Nasional atau PeSoNa, selama 3 hari, sejak Senin (5/6) hingga Rabu (7/6), di Manggala Wanbakti, Senayan, Jakarta. Pestival PeSoNa 2023 ini, dibuka resmi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya bersamaan dengan peringatan Hari Lingkungan Sedunia, dan ditutup oleh Sekjen Kementerian LHK, Bambang Supriyanto. Pestival dihadiri tak kurang 7500 pengunjung.
Sebelumnya memang, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI telah berkomitmen mendukung pembangunan ekonomi hijau dan berorientasi ekspor melalui perhutanan sosial yang dikemas dalam Program Jejak Kopi Khatulistiwa.
“BNI Program Jejak Kopi Khatulistiwa adalah upaya mewujudkan ekonomi hijau yang berorientasi ekspor dengan langkah dan tahapan edukasi, kurasi, inkubasi, temu bisnis, dan penggunaan solusi transaksi BNI,”kata Sis Apik Wijayanto, Direktur Institutional Banking BNI, dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.
“Program Jejak Kopi Khatilistiwa ini sebagai komitmen BNI untuk tetap menjaga kelestarian hutan serta memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar hutan,”lanjutnya.
Dalam upaya mencapai tujuan ini, sejumlah rencana sudah dikemas – yang antara lain melalui webinar secara daring atau tatap muka secara langsung kepada KUPS dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Lalu kemudian melakukan kurasi dam inkubasi dan juga temu bisnis.
Kurasi dilakukan untuk melihat jenis kopi dan pangsa pasarnya. Sedangkan, Inkubasi untuk melihat apakah petani kopi dapat naik kelas. Sementara temu bisnis dilakukan untuk dapat dipertemukan dengan offtaker besar ataupun dihubungkan dengan lokapasar.
“ Kita melakukan berbagai sosialisasi, dan dalam sosialisasi ini kita sampaikan misi dari Jejak Kopi Khatulistiwa ini, sekaligus informasi terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR), sekaligus peran pendampingan yang akan dilakukan BNI,” ungkap Sis Apik.
Sebagai BUMN, PT Bank Negara Indonesia, juga berupaya terus mendorong UMKM binaan, petani kopi untuk memanfaatkan pasar global melalui jaringan kantor cabang BNI di dalam dan luar negeri. Dengan demikian, para UMKM mempunyai nilai tambah serta ikut mendukung implementasi ekonomi hijau dan go global,”
Adapun Perhutanan Sosial merupakan program reformasi agraria untuk keadilan akses masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, yang ditunjang dengan program pemerataan ekonomi agar memberikan manfaat ekonomi dengan prinsip pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Program ini ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat sekitar hutan sehingga keluar dari jalur kemiskinan dan pemerataan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian hutan, serta bagian mendorong inklusi keuangan nasional untuk masyarakat di kawasan sekitar hutan.